Mohon tunggu...
ahmad taufiq
ahmad taufiq Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Berminat di bidang pendidikan, sejarah, ekonomi politik, sastra dan revolusi. Frustasi jadi mahasiswa. Belajar jadi manusia biasa.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

KMPD[1]

7 Agustus 2012   18:20 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:07 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_191890" align="alignright" width="300" caption="Logo ini adalah logo hasil modifikasi kawan Tom2 tahun 2012"][/caption] Nostalgia itu masih membelenggu alam bawah sadar kami. Kisah-kisah yang pernah terukir tentang dialektika, pelatihan, diskusi dan perdebatan, solidaritas, aksi demonstrasi, refleksi, parlemen jalanan, tahlilan, dan perlawanan, masih saja membuai kesadaran kami, bahwa kami sesungguhnya rapuh. Tapi kita belum kalah, katamu suatu hari. Selama kita masih punya harapan dan keyakinan, ya, kita belum kalah. Kau begitu utopis daripada optimis, sangkaku. Atau aku yang memang pesimis? Ah, utopia sering lebih visioner daripada apa yang realistis. Sebab dalam utopia, kita punya keyakinan yang terang-benderang. Keyakinan yang kita selalu idamkan tentang kemenangan rakyat dan kembalinya kemanusiaan. Tapi utopia seolah ada untuk mengelabuhi hati. Hati memang sangat mudah dikelabuhi. Dan kita bersama menikmati candu utopia itu. Candu yang membuat kita masih bisa hidup, masih bisa tertawa, juga masih bisa berteriak lantang tentang ketidakadilan, tentang ketertindasan, tentang rakyat yang termarjinalkan. Dan kita bersama-sama mengusung mimpi yang kita tancapkan dalam sanubari kita sehari-hari. Mimpi yang menempati sudut paling gelap dalam sejarah kemanusiaan, tapi coba kami bangkitkan dalam hati kami. Memang, zaman ini zaman gelap. Tapi kita masih punya sesuatu yang berharga. Suluh yang menyala. Suluh yang tak tunduk dan tak boleh tunduk di hadapan kapital. Suluh yang lahir dari hati sekian umat manusia yang merintih. Dan pada saatnya nanti, kita akan bakar kegelapan ini. Kita akan kobarkan semangat pertempuran ini. Sebab kita tahu, pada akhirnya memang hidup ini hitam putih, gelap berwarna, juga kami dan mereka. Pemihakan kita harus jelas. Sebab dengannya, kehidupan akan terus berlangsung.... 03/08/12

[1]KMPD, sering juga disebut KeMPeD, adalah bagian dari gerakan prodemokrasi di Yogjakarta. KMPD terbentuk dari mahasiswa-mahasiswa yang mayoritas bernaung dalam wadah pers mahasiswa Arena IAIN (sekarang UIN) Sunan Kalijaga di zaman Orde Baru. Ia merupakan Kelompok Studi yang berkembang menjadi Komite Aksi yang cukup fenomenal dalam menentang rezim Orde Baru. Bersama Komite Aksi-Komite Aksi di kampus-kampus lain di Yogyakarta, KMPD turut andil dalam mendirikan FKMY, lalu DMPY, lalu PPPY. Kemudian Pasca Reformasi, PPPY bersama Komite Aksi-Komite Aksi di beberapa daerah Jawa, Bali dan Sumatera, mendirikan satu payung organisasi yang bernama FPPI. Sekarang FPPI sudah mulai menyebar di hampir semua provinsi di seluruh Indonesia Raya.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun