Mohon tunggu...
Opik
Opik Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Sains Indonesia

Hallo Semua..

Selanjutnya

Tutup

Seni Pilihan

Laki-laki dan Seni Tari: Menepis Stigma, Merangkul Ekspresi Melalui Seni Tari

5 Januari 2025   12:30 Diperbarui: 5 Januari 2025   12:16 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto - Prosesi latihan dan gladi  untuk persembahan penampilan tari tradisional

Sukabumi - Seni tari, dengan gerakan elok yang dipadukan musik dan kostum indah, menyajikan pertunjukan memukau yang sarat nilai estetika, budaya, dan filosofi. Sayangnya, di balik keindahannya, terselip realita memprihatinkan, dimana adanya stigma dan kurangnya minat siswa laki-laki terhadap seni tari di tingkat SMA.

Fenomena ini diamini oleh CA, seorang pembina ekstrakurikuler tari di salah satu SMA di Kabupaten Sukabumi. Menurutnya, meskipun tidak ada larangan bagi siswa laki-laki untuk bergabung, jumlah mereka selalu jauh lebih sedikit dibandingkan siswa perempuan.

"Sebetulnya, baik siswa perempuan maupun laki-laki memiliki kesempatan yang sama untuk mengikuti ekstrakurikuler tari," ujar CA. "Namun, stereotip yang menganggap tari hanya untuk perempuan karna gerakannya yang lemah gemulai masih cukup kuat. Dan mungkin jika dibandingkan dengan anak perempuan, anak laki-laki itu lebih kurang berminat dikarenakan jika berhubungan dengan kelenturan akan lebih sulit dilakukan oleh anak laki-laki," tambahnya.

Pandangan senada diungkapkan oleh Nabil, seorang siswa laki-laki yang tergabung dalam ekstrakurikuler seni tari di salah satu SMA di Kabupaten Sukabumi. "Ini mungkin karena banyak siswa laki-laki yang merasa bahwa mengikuti tari akan membuat mereka dianggap tidak maskulin, karena tari itu selalu identiknya dengan perempuan" ujarnya. "Sangat disayangkan stigma seperti itu masih ada," tambahnya.

Menanggapi fenomena ini, CA menjelaskan perlunya strategi khusus untuk meningkatkan minat siswa laki-laki terhadap seni tari. Salah satunya adalah dengan menerapkan metode dan model pembelajaran yang menarik.

"Misalnya, dengan menggunakan kuis, games, atau memberikan pemahaman yang lebih luas mengenai peran laki-laki dalam seni tari," jelasnya. "Kita perlu menekankan bahwa laki-laki menari bukanlah sesuatu yang memalukan, melainkan sebuah cara untuk melestarikan budaya," tegasnya.

Selain itu, CA juga menekankan pentingnya menanamkan pemahaman mengenai manfaat mempelajari seni tari. "Selain sebagai penerus budaya, dengan menari tubuh mereka juga akan sehat dan bisa mengasah kepekaan terhadap segala aspek, salah satunya adalah kesenian," tuturnya.

Foto - Prosesi latihan dan gladi  untuk persembahan penampilan tari tradisional
Foto - Prosesi latihan dan gladi  untuk persembahan penampilan tari tradisional

Di akhir wawancara, CA menyampaikan harapannya agar siswa laki-laki dapat melihat seni tari sebagai salah satu jalan untuk mengekspresikan diri, menepis stigma yang ada, dan berkontribusi dalam melestarikan budaya Indonesia. "Semoga mereka menjadi penerus kemajuan bangsa melalui seni tari," pungkasnya.

Di akhir wawancara, CA menyampaikan harapannya agar siswa laki-laki dapat melihat seni tari sebagai salah satu jalan untuk mengekspresikan diri, menepis stigma-stigma yang membuatnya ragu untuk terjun dalam seni tari dan terus berkontribusi dalam memajukan budaya Indonesia melalui seni tari. "Harapan yang diinginkan tentu saja mereka sebagai penerus bangsa, mereka harus berani untuk memajukannya dengan pelestarian budaya yang ada di nusantara ini, walau mereka melaluinya dengan jalan kesenian." pungkasnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun