[caption caption="Gambar Peta Dunia yang Menggambarkan Keharmonisan dan Keramahan"][/caption]
Seiring dengan semakin mudahnya mobilitas manusia dan barang yang disebabkan oleh tersedianya berbagai pilihan moda transportasi dan infrastruktur penunjang pariwisata, maka peminat wisata pun bertambah banyak. Hal ini tidak mengherankan karena bersamaan dengan membaiknya perekonomian Indonesia dan naiknya pendapatan per kapita maka dampak yang bisa dirasakan adalah bermunculannya golongan penduduk yang kerap disebut “kelas menengah”. Golongan ini sudah bisa mememuni kebutuhan premier dan sekundernya juga mulai bisa “naik kelas” sedikit merambah kebutuhan tersier, sesuatu yang sebelumnya tidak dimasukkan ke anggaran belanjanya.
Salah satu kebutuhan tersebut adalah berwisata, sehingga yang “naik kelas” tadi banyak yang menjelma menjadi “turis”. Ada yang langsung naik kelas dengan tipe perjalanan yang cukup menguras kantong. Ada pula yang bertahan dengan tipe low budget alias anggaran pas-pasan. Hal tersebut turut dimanjakan pula oleh menjamurnya maskapai LCC, Kereta api ekonomi dengan air conditioner, maupun penginapan/hotel budget yang tumbuh subur di sekitar destinasi wisata guna mencoba menangkap peluang bisnis ini.
Hotel bujet yang memiliki segmen backpacker ataupun segmen keluarga yang memiliki anggaran menginap pas-pasan. Bahkan jaringan hotel ternama dan “high class” pun turut menciptakan hotel khusus untuk kelas low/mid end ini sebut saja Ibis dengan Ibis Style-nya, Santika dengan Amarisnya,maupun jaringan Fave Hotel yang dimiliki grup Aston.
Saya dan istri sih biasanya tidak ambil pusing untuk urusan menginap. Asal tempatnya bersih dan fasilitas standar terpenuhi. Hotel melati, losmen, guest house ataupun hotel bujet tidaklah masalah. Toh yang penting kami bisa tidur nyenyak selama di penginapan dan hotel itu rata-rata hanya untuk sekedar tidur.
Sejak kesadaran berwisata tumbuh subur, mencari penginapan murah pun tidaklah sulit. Apalagi sekarang ada banyak situs pemesanan penginapan seperti agoda, booking.com, dan klik hotel untuk situs lokal.
Di antara penginapan bujet pas-pasan, kami menyukai penginapan yang penghuninya bisa berbaur. Apalagi jika kami berdua bisa memasak di dapur. Lumayan membantu untuk menghemat pengeluaran makan atau saat kelaparan pada dini hari atau juga untuk menghindari masakan hotel yang biasanya “mblenger”, enak tapi cepat bikin bosan.
Saat kami pulang kampung ke Malang kami memesan penginapan dengan harga terjangkau di Kota Semarang. Just Inn namanya. Penginapan ini terletak tak jauh dari Simpang Lima, persisnya di Jalan Kartini 2 No 15. Masuk gang sih tapi stafnya membantu, jadinya tidak susah menemukannya.
[caption caption="Ruang Duduk dan Bersantai di Lantai Dua Just Inn Semarang"]
Akhirnya kami tiba di penginapan ini sudah malam, sekitar pukul 22.00, setelah berjam-jam berkendara. Aku minta istri untuk check in sementara mobil kuparkirkan. Penginapan ini lahan parkirnya terbatas, sehingga terpaksa kami parkir di jalan umum depan hotel. Tapi sih lega dan aman lho karena ada yang jaga. Urusan check in cepat selesai. Kami mendapat kamar di lantai dua.
[caption caption="Alat Fitness Bisa Digunakan Para Tamu"]