Mohon tunggu...
opi novianto
opi novianto Mohon Tunggu... Lainnya - suka dunia militer

Suka otomotif dan dunia militer

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Goyang Lidah dengan Tauto Isi Daging Kerbau

1 Mei 2018   23:37 Diperbarui: 2 Mei 2018   00:35 630
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Soto Tauto khas Pekalongan termasuk doyanan aku sejak kecil. Dulu babe suka masak soto dengan bumbu tauco ini, biasanya jadi sajian spesial di hari Minggu. Sudah lama sekali aku tidak menyantap soto dengan rasa dan aroma khas ini, makanya ketika menemukan menu ini di jajaran stan Kampoeng Tempo Doeloe pada even Jakarta Fashion & Food Festival 2018 di Mall Kelapa Gading, aku pun langsung sigap memesannya. Selain soto, sekalian juga pesan mendoan seporsi buat teman menyantapnya. Teman-teman dari Kompasiana Penggemar Kuliner (KPK) pun turut mencicipinya. Widih perut langsung kenyang dan lidah pun turut bahagia.

Tauto namanya. Aku lebih mengenalnya dengan soto tauco. Masakan berkuah ini asalnya dari Pekalongan, sebuah daerah di Jawa Tengah. Keluargaku dulu suka meramunya sendiri karena Bapak memang berasal dari kota Tegal yang masih bertetangga dengan Pekalongan di jalur Pantai Utara Jawa.

Yang bikin soto asal Pekalongan ini beda dengan soto daerah tetangganya adalah racikan bumbunya. Bumbunya itu punya suatu rahasia yang terletak pada bahan yang berasal dari fermentasi kedelai.Yang paling unik disini adalah usut punya usut ternyata memakai irisan daging kerbau, bukan daging sapi seperti biasanya. Tapi, tetap empuk kok digigitnya.

Fermentasi kedelai yang menjadi tauco itu punya rasa khas. Ada asamnya, juga ada rasa gurihnya. Ketika dicampur ke masakan maka aroma dan rasa tauco itu memberikan pengaruh signifikan. Apalagi ada campuran daun bawang seledri dan bawang gorengnya, mmmm....aromanya dijamin bikin liur menetes.

Hasilnya soto dengan kuah berwarna kecokelatan itu kusantap dengan gembira. Isian daging kerbaunya berlimpah dan mudah digigit. Sebagai teman si tauco adalah tempe mendoan, sama-sama berbahan kedelai jadinya rasanya pas dan melengkapi.

Mendoan, sama-sama berbahan kedelai, cocok menemani tauto (dokumen pribadi)
Mendoan, sama-sama berbahan kedelai, cocok menemani tauto (dokumen pribadi)
Mendoan itu sering jadi oleh-oleh ketika berlibur ke Purwokerto. Tempe mendoan itu di daerah lainnya juga disebut tempe kemul. Tempe dibalur dengan bahan tepung dan bumbu seperti bawang putih, bawang merah dan ketumbar kemudian digoreng. Sebenarnya masih sejenis dengan tempe tepung yang biasa kita buat namun biasanya digoreng setengah matang dan diberi sambal kecap dengan irisan cabe rawit. Kudu disantap ketika masih hangat, sehingga bibir rada jontor akibat kepanasan dan pedasnya. Nyamleng.

Sesuai dengan Tema festival kali ini yang bertema unggulan soto, sebelum menyantap Tauto dan Mendoan, aku memesan "sepupunya" soto yaitu masih jenis makanan berkuah dan berisi daging juga yang berlabel gulai, tepatnya Gultik.

Gulai Tikungan (buka gulai daging tikus lho yaa..:)), ini dulu (dan masih tetep) beken banget. Biasanya saya makan di daerah Blok M dan Melawai di pinggir jalan, waktu itu tahun 2012 seporsi masih Rp 10 ribu. Sekarang pun harganya relatif tidak beda jauh. Gultik di festival ini harganya terjangkau yakni Seporsinya dijual Rp 20 ribu. Rasanya gurih dan sedap. Isian daging sapinya juga royal. Namun sayang kuahnya agak keenceran sehingga rasanya agak tipis. Keberadaan kerupuk menambah rasa gurihnya.

Gulai tikungan alias gultik yang daging sapinya royal (dokumen pribadi)
Gulai tikungan alias gultik yang daging sapinya royal (dokumen pribadi)
Setelah dua makanan berat ini aku sudah mulai kekenyangan. Teman-teman kompasianer masih sibuk menyantap hidangannya. Soto Kesawan Medan dan Pallu Basa menjadi idola. Kawan-kawan juga jatuh hati dengan Cempedak Goreng dan Es Podeng. Memang nampak enak. Aku jadi ikut-ikutan beli, apalagi istri juga pengin.

Makanan penutup pun jadi es Podeng. Cocoklah dengan suasana di La Piazza Summarecon Kelapa Gading siang hari yang panas puoll. Es krim santan dengan isian yang berwarna-warni.

Ikut-ikutan beli es podeng, memang enak (dokumen pribadi)
Ikut-ikutan beli es podeng, memang enak (dokumen pribadi)
Masih banyak makanan yang belum kucoba. Stan-stan di Kampoeng Tempo Doeloe ini puluhan jumlahnya. Pilihannya dari bakso, sate, aneka nasi, gudeg, seblak, aneka mie, jajanan seperti serabi Notosuman, cireng, dan cakwe hingga ragam es seperti es roti bakar. Kampoeng Tempo Doeloe ini diselenggarakan hingga 6 Mei mendatang di La Piazza, Mall Kelapa Gading.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun