[caption caption="Bagian Gurindam Dua Belas"]
Selanjutnya rumah adat Melayu yang dibawahnya terdapat sumber amata air tawar dimana airnya higienis dan bisa langsung diminum sehingga membawa kemanfaatan yang besar baik bagi kapal dagang pada waktu lampau maupun warga pulau Penyengat masa kini karena sumur ini tidak pernah kering.
[caption caption="Rumah Adat Melayu"]
disini Kompasianer turut mencicipi kesegaran air ini sekaligus untuk melepaskan dahaga berhubung cuaca di Pulau ini cukup panas.[caption caption="Oase di pulau Penyengat"]
Selesai mengunjungi Rumah Adat, Kompasianer pun melanjutkan untuk mengunjungi MAsjid . Bangunannya masih terawat dengan baik dan seperti rumah adat serta makam, didominasi oleh warn akuning cerah. disini juga terdapat perpustakaan tempat pemandian jenazah yang digunakan leh warga setempat jika ada warga yang meninggal dunia.
[caption caption="Masjid "]
Oh ya..merefleksikan kuatnya budaya Islam disini, nama setiap jalan di Pulau ini ditulis dalam dua bahasa. Seperti di Yogyakarta yang membubuhkan nama jalan dengan huruf Latin Bahasa Indonesia dengan aksara Jawa, atau Bahasa Indonesia dengan aksara Jepang di Kendari, maka disini dibubuhkan huruf Latin Bahasa INdonesia dan aksara Arab .
[caption caption="Latar Belakang MAsjid Raya"]
Setelah mengunjungi masjid, berhubung waktu yang terbatas dan agenda yang padat Panitia dan Kompasianer pun sepakat untuk menyudahi trip di Pulau Penyengat dan melanjutkan untuk ke Vihara di kota Tanjung Pinang. Sebenarnya masih ada beberapa destinasi lagi di sini, jika ada waktu dan kesempatan biarlah teman-teman atau Kompasianer lain yang melengkapi catatan perjalanan ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H