Mohon tunggu...
Ophin Tanis
Ophin Tanis Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Mencoba melihat pada HORIZON terjauh.....!!!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bagi Para Musafir yang (Ingin) Kembali

17 Januari 2012   04:47 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:47 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1326774033388275146

Bagi Para Musafir yang (ingin) Kembali..... Entahlah mengapa engkau harus kembali? Hanya kau yang tahu. Berjuta-juta jejak langkah dalam perjalanan pergimu terhapus dengan jutaan jejak langkah pulangmu kali ini. Itu pun hanya kau yang tahu, jurusan mana engkau pergi dan dari arah mana engkau datang kembali. Katamu, perjalanan itu terlalu berat, tak berujung dan entah di mana batasnya. Batas itu bagai fatamorgana di padang kersang, bagai berair tapi tandus. Tujuan pun entah ada di mana saat ini. “Tidak ada sesuatu di sana... hampa, udara pun sulit dihirup,” keluhmu siang tadi. Yah, niatmu hendak melewati batas-batas yang belum terjangkau para musafir tua. “Mereka terlalu angkuh dan begitu terikat pada tradisi kuno warisan moyang mereka (adalah juga moyang kita...),” demikian umpatmu sebelum berangkat. Nasihat bijak para musafir tua kau anggap angin lalu. “Zaman mereka telah lekang dimakan usia. Kita perlu berinovasi dan sedikit kreasi. Bila perlu, segera tinggalkan cara mereka. Ada yang salah, cara kita yang benar untuk saat ini,” itu keyakinanmu! Kamu pun pergi. Kami hanya diam. Semoga berhasil, Kawan! Tapi kamu kembali kan, kawan? “Tidakkah ada tradisi baru di sana?” tanyaku kala menyambutmu pulang. “Tak ada! Zaman di sana pun telah berubah. Zaman kita pun ternyata sudah usang di zaman mereka,” keluhmu dalam diam. “Justru cara lama yang dulu kita tinggalkan digunakan kembali orang-orang pada zaman yang ada di sana! Entahlah, itu mau disebut zaman apa, terserah kamu,” kudengar nada kecewa dalam suaramu. Tidak ada apa-apa, kawan! Kita mungkin belum siap. Jangan sekali pun kita beri nama zaman apa yang ada di depan. Mungkin waktulah yang akan memberi nama pada setiap perjumpaan kita. Kerap kita bertemu cara usang di zaman baru, tapi itu menjadi baru. Apa pun namanya itu, kita terima itu! Lelahlah kita pabila terus mencari tanpa tahu apa yang dicari, terus merintih tanpa peduli rintihan itu untuk siapa. Mari kawan, sejenak kita pulang. Pilihanmu untuk kembali ada benarnya. Hanya, engkau mungkin sudah terlalu lama berada di ruang netral, yang penuh pertimbangan. Bagiku, perlu ketegasan untuk keluar dan mengatakan ‘ya’ atau ‘tidak’, ‘hitam’ atau ‘putih’. Itu saja! Egois kan, kawan? Entahlah penilaianmu apa! Sejenak kita kembali...Back to Our Origins, kata para musafir tua! Mau kan, kawan? (Buat para Saudara yang hendak memiliki Roh Tuhan Habere Spiritum Domine!)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun