Mohon tunggu...
Joselito Poulli Lucianno
Joselito Poulli Lucianno Mohon Tunggu... Penulis -

Petarung Hidup, Pejuang Takdir, Penyebar Cinta

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Balada Bangku Taman

27 September 2016   14:01 Diperbarui: 27 September 2016   14:06 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Pernah kalian merasa paling tidak berpikir, bagaimana rasanya menjadi bangku taman?. Menemani langit saat suasana hati nya sedang sedih hingga mentari bersembunyi, atau pun saat semangat, ketika matahari bersinar terik menyombongkan diri.

Menjadi saksi dari setiap tragedi. Tragedi menyedihkan saat pepohonan tua yang tumbuh tinggi tak terkendali dipangkas dan di potong oleh pegawai pemerintahaan, tragedi mengharukan saat bibit baru mulai muncul di atas akar pohon mati yang tersisa, atau disaat dua sejoli mampir saling memadu cinta.

Tatkala dirinya bersedia menjadi tempat bersandar dan tempat berisitrahat orang-orang yang kelelahan berolahraga pagi, atau menjadi tempat duduk sekaligus meja makan pada jam makan siang, dan menjadi tempat tidur bagi para tuna wisma di malam hari.

Pernah kah kalian terpikirkan betapa jijik nya dia, mendengar langsung rayuan-rayuan menggelikan dari ratusan pasang manusia, dari waktu ke waktu. Mungkin jika seandai nya bisa berbicara, dia akan berteriak Geli Woeeyy !!.

Waktu terus berlalu, hari mulai berganti minggu, begitu juga bulan yang mulai berganti tahun. Banyak perubahaan yang telah terjadi, banyak hal yang telah ia lalui namun ia tetap disitu tetap pada posisi nya tetap pada tempat nya, tak ada yang berubah.

Saat cat putihnya mulai terkikis termakan waktu, ketika cat berganti warna baru mengikuti pepohonan, tak ada yang berubah ia tetap sama. Sendiri menatap langit, sendiri tersenyum melihat perubahan, sendiri tertawa melihat mereka datang lalu pergi silih berganti.

Hingga akhirnya pada suatu masa, kayu nya mulai kropos termakan usia. Sedikit demi sedikit mulai runtuh berhamburan. Yang tadi nya kuat menopang kini tinggal bayang.

Terbitlah surat edaran pemerintah, tentang ada nya peremajaan fasilitas umum, meninggal kan luka. Satu persatu dari mereka yang dulu datang dan tak pernah muncul, mulai kembali mengucapkan perpisahaan dan terima kasih.

Seno yang ketika remaja dulu sering kali jogging dipagi hari, kini datang bersama istri dan anak-anak nya. Wahyu seorang pekerja keras sering meluangkan waktu untuk mampir dan makan siang, dengan kemeja lusuh nya dan ketiak nya yang basah, muncul menaiki mobil sedan berwarna hitam legam sambil mengenakan kemeja putih dan jass berwarna hitam.

Dan tuna wisma yang sering menumpang tidur dipangkuan ku saat malam hari berselimutkan sarung, hadir dengan dengan mobil dinas dan ajudan nya karna kini ia menjabat sebagai walikota.

Menyaksikan mereka maju, menyaksikan mereka berproses dan bermimpi. Senang rasanya menjadi bagian dari hidup mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun