Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat; iman adalah percaya pada sesuatu yang tak nampak, namun yakin bahwa yang tak nampak itu ada. Karena itu, maka ada kesetiaan, penaklukan diri terhadap apa yang diyakini itu ada dan nampak.
Selanjutnya, berproses untuk mengikuti apa yang diyakini, sebagai sesuatu yang harus dan mutlak; berproses cepat atau lambat seturut input-input yang datang atau masuk. Dan pada akhirnya akan mecapai kedewasaan iman.
Tahapan Perkembangan Iman
Pertama: Iman Intuitif/Proyektif. Ini adalah iman seseÂorang kira-kira dari usia empat sampai delapan tahun, di mana makna dibuat dan kepercayaan dibentuk secara intuitif dan dengan cara meniÂru.
Mengetahui terutama melalui intuisi, dan iman dibentuk dengan cara meniru suasana hati, contoh, dan tindakan-tindakan iman orang lain yang penting adalah yang dapat dilihat, terutama orang tua.
Tahap pertama adalah saat fantasi dan imajinasi yang bebas di maÂna gambaran-gambaran dan perasaan-perasaan yang dapat tahan lama (baik yang positif maupun negatif) dibentuk.
Pada tahap ini, mereka, seseorang tak atau belum bisa membedakan antara Fakta dan Fantasi/Imaginasi.
Akibatnya, simbol-simbol diartikan secara harfiah dan Allah dipikirkan dalam istilah-istilah magis, antropomorfis (sebagai contoh, Allah adalah seorang pria tua yang memiliki janggut yang dapat melaÂkukan apa saja).
Memori dan kesadaran dirinya mulai timbul, dan kemampuan mengambil peran orang lain (empati) mulai ada.
Tahap Kedua
Tahap Ketiga
Tahap Keempat
Tahap Kelima
[Selengkapnya : http://m.kompasiana.com/opajappy/tahap-tahap-perkembangan-iman_552ad1686ea834a973552d2d].
Tahap Keenam: Iman yang Mengacu pada Universalitas.
Pada tahap ini, terjadi partisipasi langsung dan terus-menerus membuat perjumpaan dengan orang lain sebagai mitra yang penuh keseteraan. Tak ada atau muncul kesombongan religiusitas ketika berjumpa dengan mereka atau orang lain yang berbeda iman.