Pada masa lalu, di Palestina, ada semacam kebiasaan atau ritual bahwa perempuan-perempuan ditugaskan secara khusus untuk memberi rempah-rempah pada jenazah atau orang yang sudah mati dan kuburkan. Perawatan itu dengan tujuan agar jenazah tidak cepat rusak -mungkin seperti mummi orang Mesir- sehingga dapat bertahan dalam kuburan beberapa waktu.
Ketika jenazah Yesus dimakamkan, proses memberi rempah-rempah tersebut tidak sempat dilakukan, karena adanya tekanan dari penguasa. Oleh sebab itu, para perempuan yang mau memberi rempah-rempah, datang ke kubur Yesus pada waktu subuh; dengan pertimbangan tentara Romawi yang menjaga kubur telah kelelahan, sehingga bisa memberi peluang untuk mereka merawat jenazah Yesus.
Kenyataan itu menjadikan mereka diam, membisu seiring keheningan dan kedinginan subuh; ketika Matahari pun belum memanaskan Taman yang penuh Kuburan-kuburan serta liang-liang lahat kosong.
Tiba-tiba, Suara Malaikat menyentak memecah kehenigan dan kedinginan subuh,
“Jangan mencari Yang Hidup dari antara Yang Mati; Ia tidak ada di sini, IA telah bangkit.
Ada semangat baru pada perempuan-perempun tersebut, walau sesaat yang lalu mereka merasa kehilangan; kini melangkah dengan kepastian, karena kesedihan dan kehilangan terobati, walau masih menyimpan tanya dalam hati, kemana IA pergi setelah bangkit?
Coba kita indentifikasikan diri “sama” dengan perempuan-perempuan yang datang ke kubur Yesus;
tapi kita tidak membawa rempah-remah melainkan dompet, hp, dan lain-lain.