Rohingya Pada 1945 akhir Perang Dunia Kedua; Rohingya adalah keturunan Arab yang datang dari Afghanistant sekitar tahun 1945; Inggris membawa suku-suku dari Afghanistan tersebut (dan diberi wilayah tinggal  pada wilayah yang sekarang menjadi Bangladesh) untuk memerangi pejuang-pejuang India yang menuntut kemerdekaan. Setelah kemerdekaan India pada 1947, Rohingya yang dibawa Inggris ini menjadi bomb waktu yang ditanam Inggris. Konflik sangat mudah meledak, meskipun secara fisik tidak bisa dibedakan antara orang India aseli yang beragama Hindu dan mereka pendatang2 keturunan Arab yang beragama Islam. Konflik agama Hindu-Islam di India, kemudian berakibat perang saudara di India antara Hindu-Islam yang hasilnya pemecahan India menjadi negara Pakistant disebelah Timur yang beragama Islam. Padahal mulanya pemimpin2 India Mahatma Gandhi yang Hindu, bersama Ali Jinnah yang Islam berjuang ber-sama2 mengusir penjajah Inggris, tapi setelah penjajah Inggris terusir keluar, Ali Jinnah yang keturunan Arab yang lahir di India memberontah terhadap Mahatma Gandhi dalam perang yang cukup lama antara 1947-1956 yang berakhir dengan terpecahnya negara India bersama lahirnya negara Pakistan yang menjadi negara baru yang beragama Islam. Ternyata lahirnya negara Pakistan tidak membawa kedamaian rakyatnya, kembali perpecahan terjadi lagi yang didorong sikap rasialistis dan diskriminasi terhadap sesama Islam yang banyak ber-beda-beda alirannya disatu pihak yang berakulturasi antara Hindu-Islam, dengan mereka yang keturunan Arab yang ber-beda juga asal leluhurnya. Lahirnya Bangladesh yang sangat miskin ini bukan berarti berakhirnya peperangan. Perang antara antara suku dan sekte-sekte Islam ini terus berlanjut sehingga makin banyak pelarian2 Rohingya, yaitu orang2 Bangladesh keturunan Arab untuk mencari nafkah ke Myanmar. Tapi di Myanmar ini mereka harus memerangi - melawan penduduk dan penerubrag Myanmar; Orang-orang Rohingya dari Bangladesh ini berusaha merebut Propinsi Myanmar yang terletak didekat perbatasan dengan Bangladesh. Setiap serangan hebat dari militer Myanmar, maka orang2 Rohingya ini berlindung ke wilayah Bangladesh untuk kemudian melakukan serangan-serangan gerilya selama puluhan tahun diwilayah perbatasan ini. Serangan Rohingya meningkat drastis, CIA memberi informasi kepada pemerintah Myanmar adanya bantuan2 senjata dari Al Qaeda kepada mereka. Rohingya bukan etnis Myanmar dan juga bangsa Myanmar yang beragama Islam; melainkan orang-orang paduan/campuran Afghanistan - Arab Bangladesh yang berusaha merebut satu propinsi Rakhine di Myanmar,  agar menjadi Negara Merdeka yang berdasar Syariah Islam. Kini apa yang kita lihat!? Rohingya telah menjadi salah satu  ikon orang-orang tertindasdan tanpa negara; hampir tak terdengar suara kuat yang membela mereka.
Eksodus orang-orang Rohingya dari Myanmar masih berlanjut; kekerasan terhadap mereka belum berakhir atau masih berlanjut. Menurut beberapa media asing/LN, memang ada suasana tenang, namun bila ada sedikit konflik kecil atau salah paham, maka bisa berubah menjadi konflik atau kekerasan yang membesar.
Orang-orang Rohingya dan para penolaknya, umumnya masing-masing diam, namun sama-sama menyimpan bara api, jika ada sedikit pemicu, maka akan cepat membakar ke mana-aman.
Sikon itulah, yang menjadikan mereka (orang-orang Rohingya) setiap hari berupa melarikan diri dari Myanmar; umumnya mereka menyelamatkan diri karena tak mau menjadi korban konflik, [kita harus akui bahwa banyak warga Rohingya, yang mempunyai hubungan baik dan tak bermasalah dengan dengan pribumi Mianmar,mereka sering mejadi korban dari pihak-pihak yang bertikai].
Juga, harus mengakui bahwa yang melakukan eksodus tersebut, bukan saja mereka yang baik-baik, namun ada juga yang nakal-nakal (ini terbukti dengan adanya bunuh-bunuhan sesama Myanmar di Medan beberapa waktu yang lalu).
Akibat dari semuanya itu, agaknya yang menjadikan tak ada satu pun negara (termasuk Bangladesh) mau menerima mereka; itulah yang dikeluhkan oleh pemerintah Thailand; mereka kesulitan menghadapi banyaknya pengungsi Rohingya.
Gerakan Penolakan Rohingya oleh Saydaw Wirathu dan kawan-kawan Saydaw Wirathu dikenal sebagai seorang "biksu esktremis" yang berada di balik "Gerakan 969;"  gerakan yang melakukan perlawanan serta penolakan terhadap Rohingya di Myanmar. Gerakan yang menggunakan aksi-aksi kekerasan serta melakukan pemisahan kepemilikan bangunan antara warga Muslim dan Budha; kemudian menempel stiker "969"  pada toko atau bangunan milik warga Budha. Menurut Myanmar Wirathu,
"Mereka merebut perempuan kami dan uang yang mereka miliki. Mereka akan memaksa warga untuk pindah agama. Setiap anak-anak yang lahir dari kalangan mereka, hanya akan menimbulkan bahaya bagi negara ini. Mereka akan menghancurkan bahasa dan agama kami.
Pergerakan "969" tidak terkait dengan insiden yang terjadi baru-baru ini. "Kami hanya menargetkan kepada kelompok Bengal yang meneror etnis rakhine.
Kami hanya ingin warga Bengal dicegah masuk ke dalam negara kami dan menghentikan mereka menghina bangsa, bahasa dan agama di Myanmar."
Sekitar dua tahun 2 tahun lalu, saya berhasil menyimpan video tentang Saydaw Wirathu, dari blog dan youtube yang kini telah dihapus,  yang berisi pernyataan bernada ketidaksukaan terhadap Saydawa Wirathu. Karena pernyataan yang keras dan penuh kebencian tersebut, media barat menyebutnya sebagai Buddhist Monk Saydaw Wirathu, the self-styled "Burmese bin Laden." Video yang masih tersimpan tersebut, senagaja saya unggah ke laman FB dengan judul  Saydaw Wirathu, Burmese bi Laden
Untuk jelasnya klik dan lihat video
SAYDAW WIRATHU - Burmese bin Laden;
Note: Anda harus buka Facebook
Dengan demikian, mudah dipahami jika hingga kini kasus Rohingya di Myanmar belum reda; bahkan memasuki 2015 ini, gelombang pengunsi Rohingya semakin meramaikan Asia Tenggara. Sayangnya keramaian arus pengungsi tersebut, membuat mereka tidak diterima di mana-mana, termasuk Indonesia. Bahkan Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Laut Laksamana Pertama Manahan Simorangkir mengatakan, "Indonesia bukan tujuan akhir para pengungsi etnis muslim Rohingya. pengungsi yang berasal dari Myanmar itu tak sengaja masuk ke perairan Indonesia. Mereka salah jalan. Ketidaksengajaan para pengungsi itulah yang membuat TNI AL tak mengerahkan kapal perang untuk menghalau mereka." Menurut Antara, Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko menyatakan bahwa "Indonesia akan membantu pengungsi yang menghadapi kesulitan di laut, namun menolak jika perahu mereka mendarat di wilayah Indonesia. Diusahakan tidak masuk ke wilayah kita. Kalau masuk ke wilayah kita akan memunculkan persoalan sosial."
Jika seperti itu, siapa yang harus menolong dan membantu Rohingya ......!?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H