Mohon tunggu...
Opa Jappy
Opa Jappy Mohon Tunggu... Konsultan - Orang Rote yang Bertutur Melalui Tulisan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

http://jappy.8m.net

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Negara Sierra Leone Melarang Perayaan Natal dan Tahun Baru

13 Desember 2014   21:57 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:22 1001
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14184554251510025280

[caption id="attachment_382354" align="aligncenter" width="296" caption="doc jappy.8m.com"][/caption]

Sierra Leone merupakan salah satu negeri di Afrika Barat; negeri dengan pesisir pantai yang berawa, padang rumput, perkebunan dataran tinggi, dan pegunungan tinggi di pedalaman. Sierra Leone termasuk negara yang panas dengan hembusan angin dan hawa dari padang pasir.

Jika anda pernah mengunjungi Sierra Leone, berdasar pengalaman kunjungan pada tahun 1985, sangat terasa hawa panas dan lembap di pantai; dan dingin di dataran tinggi. Selama musim kering, angin harmattan, yaitu angin dari Gurun Sahara, bertiup selama berhari-hari, dan menurunkan suhu serta menyelimuti daerah itu dengan debu.

Penduduk Sierra Leone, termasuk masyarakat yang ramah terhadap orang asing atau baru dikenal; mereka bisa mengundang si tamu, yang baru dikenal, ke rumah atau tepat tinggalnya. Kebanyakan penduduknya bertani untuk bertahan hidup. Hampir setengah dari hasil ekspor Sierra Leone adalah intan aluvial (intan yang mengendap di dasar sungai).

Sebagian besar penduduknya adalah Suku Mende dan Temne; kemudian  Suku Krio, yang merupakan  keturunan budak Afrika yang telah dimerdekakan. Selain itu, ada 30 kelompok etnik di Guinea, dan yang terbesar adalah Fulani, Mandingo, dan Susu.

Tiap kelompok etnik mempunyai bahasa masing-masing. Di Sierra Leone, bahasa komunikasi antaretnik adalah Krio, yaitu campuran dari bahasa Inggris, Eropa, dan Afrika. Bahasa resmi di Guinea adalah Prancis.  Tinkat pendidikan di negeri ini termasuk rendah, ditandai dengan sekitar 60 persen penduduknya tergolong buta aksara.

Sebagian besar penduduk Sierra Leone, sekitar 60 persen beragama Islam, dalam berbagai sekte (dari yang toleran hingga paling intoleran), dan sisanya mengaku beragama Kristen serta agama-agama suku. Harus diakui bahwa kekristenan, dan juga agama-agama Semitis lainnya, di Sierra Leone sangat kuat memadukan unsur-unsur adat/budaya dengan agama; ajaran agama Semiitis dipadukan dnegan praktekkan agama-agam suku yang telah turun-temurun Afrika.

Dengan demikian, tak heran jika pada perayaan-perayaan keagamaan (termasuk Natal), selalu diwarnai dengan berbagai ikon dan ornamen adat atau budaya setempat; dan itu memperkaya serta semakin menyemarak perayaan tersebut.

Tetapi, pada tahun 2014 ini, umat Kristen Otodoks, Katolik, dan Protestan di Sierra Leone tidak bisa merayakan Natal dengan semarak; dan perayaan menyambut Tahun Baru 1 - 1 2015.  Sebab, pada tahun ini Sierra Leone melarang Perayaan Natal dan Tahun Baru.

Presiden Ernest Bai Koroma memerintahkan para serdadu bersiaga di jalan-jalan selama masa perayaan guna memastikan warga tetap berada di rumah masing-masing. Meski Islam merupakan agama terbesar di Sierra Leone, Natal dan Tahun Baru dirayakan secara tradisional oleh masyarakat negara tersebut. Namun, lantaran virus Ebola telah menyebar luas, pemerintah tidak mau mengambil risiko.

Dengan lebih dari 8.000 kasus dan 1.900 korban tewas, Sierra Leone tercatat sebagai negara paling parah yang terdampak Ebola di kawasan Afrika Barat. Secara keseluruhan, di Guinea, Liberia, dan Sierra Leone, terdapat 6.580 korban tewas akibat Ebola. Berdasarkan fakta itu, Presiden Koroma menduga kasus Ebola meningkat di negaranya, terutama di kawasan barat laut, seperti Port Loko dan Bombali.

Hal di atas, juga merupakan penjelasan atau jawaban terhadap posting pada media sosial, bahwa Sierra Leone melarang perayaan Natal, karena alasan keagamaan dan politik agama.

So, jangan mudah percaya pada publish dan komen di medsos yang bersifat provokasi.

Opa Jappy - Jakarta Selatan

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun