http://indonesiahariinidalamkata.com
Polri menangkap empat orang ISIS berpaspor Turki palsu, Abdul Basyit (19 tahun), Ahmed Bozoghlan (28 tahun), Atlinci Bayram (19 tahun), dan Alphin Zubaidan (27 tahun), di Palu, dan di bawa ke Jakarta. Â Hingga kini, menurut Kepala Kepolisian Republik Indonesia Jenderal Sutarma, ada 56 orang WNI yang bergabung dengan ISISI; 4 orang dari antara mereka telah, kini tinggal 52 orang. Sangat berbahaya jika WNI yang kembali ke tanah air itu nantinya menyebarkan paham radikal ISIS. Polri akan berkoordinasi dengan pihak imigrasi untuk memperketat warga yang keluar masuk Irak dan Suriah baik secara langsung ataupun melalui negara terdekat.
Polri terus melakukan penangkapan terhadap anggota ISIS. Di Cilacap Jawa Tengah, 7 orang pengunjung Lembaga Pemasyarakatan Nusa Kambangan Cilacap yang terkait ISIS, ditangkap Polisi. Salah seorang adalah Chep Hernawan yang mengaku sebagai presiden ISIS Indonesia. Chep Hernawan sehari-harinya adalah Ketua Umum Gerakan Reformis Islam yang kerap mendesak pemerintah membubarkan Ahmadiyah. Chep sebelumnya pernah mengatakan bahwa dirinya ditunjuk sebagai presiden ISIS regional Indonesia oleh Abu Bakar Baasyir.
Hal di atas, merupakan update terakhir tentang ISIS; belakangan, ada pengakuan dari Mujahidin Indonesia Timur, bawa mereka membunuh warga, karena dituduh sebagai mata-mata Polisi. Great, tidankan MIT itu, sama persis dengan "orang-orang sono;" jika mereka curiga pada rakyat, yang dituding mata-mata Barat, Israel, Amrik, dan lain-lain, maka langsung dipenggal, tanpa diadili.
Tentu, Indonesia, yang telah melarang ISIS, tidak mau kebiadaban ISIS terjadi di Nusantara; tugas pencegahan di lapangan, diserahkan kepada Densus 88 AT Mabes Polri. Itu berarti, Densus 88, harus lebih keras, teramoil, dan lihai dari para teroris yang menyebut diri ISIS di Indonesia.
Jika mereka dibiarkan atau lolos, maka kebiadaban ISIS, seperti terlihat melalui publikasi yang mereka lakukan sendiri, akan menyebar dan terjadi di Indonesia. Oleh sebab itu, Densus 88 sudah benar; mereka tidak bidadab, namun meredam kebiadabn ISIS dengan tindakan beradab yang keras, tegas, dan pas untuk ISIS.
Slahkah Densus 88!? Bagi pembela dan pengagum ISIS, tentu Densus 88 salah dan biadab; namun bagi mereka yang normal berpikir, maka sah-sah saja tindakan Densus 88 tersebut. Sebab, teroris, tak bisa diajak "main kartu sambil ngopi, dan kemudian ajak bertobat;" mereka harus diredam, dengan cara yang tegas, jika melawan, maka tembak di tempat.
Di Indonesia, ISIS mencoba memperlihatkan diri, dan itu ada yang mebelanya, kebenaran versi mererka, yang harus ditegakan melalui anti Negara dan lambang pemersatu bangsa. ISIS telah memperlihatkan wajah asli tak beragama dan tanpa nilai-nilai keagamaan; bagi mereka kekerasan dan kebrutalan adalah jalan utama mencapai Islamic State, [dan "jalan seperti itu" menjadi daya tarik sebagian orang, dalam rangka menyalurkan nafsu benci, kebencian, dan bunuh membunuh]. Nafsu itulah, yang menjadikan mereka membenci Densus 88.
Sayanganya, cara ISIS yang berdarah-darah, muslim harus berjihad untuk menghancurkan Israil, membunuh para prajurit US Army didalam peperangan seperti di Iraq, Afghan, Somalia dan mungkin di Philipina atau bahkan Indonesia, oleh banyak kalangan, menuding bahwa "membeci ISIS maka sama dengan benci Islam." Â Bahkan, jika olok-olok terhadap ISIS, maka dianggap "pintu masuk" untuk menggolok-olok Islam. Sungguh Logika yang tebalik, dan tak masuk akal sehat.