Ada baiknya anda menbaca SUPLEMEN [di bawah].
Melalui FB Irshad Manji mengumumkan "pernikahannya" dengan Laura, 10 Mei 2016; ia juga mengucapkan terima kasih atas ucapan selamat yang diberikan kepada mereka. Foto Irshad sementara mencium Laura, langsung viral di Medsos; dan cibiran, cacian, dan sumpah serapah pun mengikuti ucapan selamat terhadap mereka berdua.
Bagi saya, setelah membaca buku Beriman Tanpa Rasa Takut, sekian tahun yang lalu; dan menjadikan buku tersebut bagian dari koleksi e-book saya; saya sudah sudah berpikir ke depan bahwa, pada masa yang tepat Irshad akan melakukan "pernikahan," dan diumumkan ke hadapan publik. Dan itu, menjadi kenyataan.
Jadi ingat, ketika Irsad di Indonesia, mau bedah buku, saya sampai di lokasi, semua sudah sepi dari kegaduhan sebelumnya, ia berani datang ke Indonesia, karena punya keyakinan dan percaya diri yang kuat. Di sela-sela pernyataan pers, karena "serangan" terhdap bedah buku gagal, ia pun berkata, "Apa yang Mesti Ditakuti" dan kata-kata "Mereka Bukan Tuhan."
Ketegaran diri sebagai "perempuan penyuka sesama" yang ditolak oleh komunitasnya, menjadikan Irshad semakin menaik tensi keberaniannya;. Ia berani melawan warisan ajaran dari guru-guru di kelas, bahkan meninggalkan kelas karena ketidakpuasan terhadap masukan-masukan dari para pengajarnya. Bahkan Irshad mengaku, “Di kelas-kelas hari Sabtuku, aku didoktrin: Kalau kau orang yang beriman, kau jangan berpikir. Kalau kau berpikir, maka kau bukan orang yang beriman.” Dan, Irshad menolak "ajaran baku" seperti itu. Justru menantang dirinya untuk semakin berpikir, berpikir, dan berpikir, karena iman bukan melahirkan ketakutan namun keberanian.
Keberanian sebagai minorita yang ditolak, dan berani serta tetap bersuara walau mendapat tantangan, penolakan, ancaman, serta cacian menjadikan Irshad semakin kuat berjuang. Ia membukan wawasan banyak orang tentant apa makna keberanian dan beriman. Beriman sekaligus berani karena imannya.
Baginya, Tuhan memberikan roh keberanian; ia percaya itu; sehingga dengan dengan tegas berkata, orang harus beriman tanpa ketakutan. Lalu, ketika ia melaksanakan apa yang diajari yaitu beriman tanpa rasa takut, "Merngapa saya ditantang dan ditolak!? " kata Irshad kepada media, di suatu waktu.
Bagi saya, keterusterangan, kejujuran, keterbukaan, dan keberanian Irshad Manji, walau dianggap salah, oleh banyak orang, adalah sesuatu yang sangat luar biasa. Karena, ia, Irshad Manji, tak menggunakan topeng, ia membuka siapa dirinya, apa adanya, tidak munafik.
Lepas dari Irshad adalah seorang "pecinta sesama," ada semacam teladan dari dirinya, yaitu berani dan jujur terhadap sikon dirnya, kemudian ia sampaikan secara terus terang kehadapan publik. Dan itu, tak dimiliki semua orang.
Banyak orang lebih suka menggenakan topeng beriman; dan mereka tetap takut, padahal Berimian itu, mesti tanpa rasa tajut.