Mohon tunggu...
Opa Jappy
Opa Jappy Mohon Tunggu... Konsultan - Orang Rote yang Bertutur Melalui Tulisan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

http://jappy.8m.net

Selanjutnya

Tutup

Politik

Golkar - Demokrat, Koalisi Predator Politik

17 Mei 2014   20:10 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:26 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_336589" align="alignright" width="233" caption="kompas.com"][/caption] Niat para petinggi Demokrat agar (kembali) bisa menampilkan kadernya sebagai RI 1, dilakukan melalui proses, yang mereka sebut Konvensi Capres Partai Demokrat. Kader terbaik yang mengikuti konvensi tersebut antara lain
  1. Ali Masykur Musa
  2. Anies Rasyid Baswedan
  3. Dahlan Iskan
  4. Dino Patti Jalal
  5. Endriartono Sutanto
  6. Gita Wirjawan
  7. Hayono Isman
  8. Irman Gusman
  9. Marzuki Alie
  10. Pramono Edhie Wibowo
  11. Sinyo Harry Sarundajang
Kita, anda dan saya, mungkin sudah tahu siapa yang terjago di antara mereka, dan layak menjadi Kandidat Presiden dari Partai Demokrat. Itu sudah tak penting, karena Demokrat tak bisa sendiri mengusung Kandidat Presiden. Hampir sama dengan nasib Kandidat Presiden dari Golkar. Setelah nyaris Ketum Golkar hanya menjadi Kandidat Wakil Presiden dari Gerindra, kini terjadi perubahan peta pencapresan dan pencawapresan; peta Kandidat Presiden/Wapres pros baru melalui koalisi  Partai Golkar dan Partai Demokrat. Golkar dan Demokrat sepakat mengusung pasangan Aburizal Bakrie-Pramono Edhie Wibowo. Tentu saja, anda tak perlu bertanya alasaan yang tepat sehaingga menentukan nama Pramono Edhi Wibowo sebagai Kandidat Wapres pendamping Aburizal Bakrie tersebut. Ya, selain dirinya adalah mantan mantan petingggi TNI, dirinya juga ipar orang nomer satu di Demokrat. Jadi, para demorkrats yang ikut Konvensi Capres Demokrat, lebih baik diam dan tak banya komentar. Mungkin saja, para peserta konvensi tersebut lebih jago dari PEW, namun mereka harus mengalah. Sampai di sini, kasian Dahlan Iskan, yang keluar sebagai pemenang Konvensi Capres Partai Demokrat; ia hanya bisa menjadi penonton yang manis dan penuh penyesalan. Kelelahannya di Konvensi, kalah dari Jenderal yang ipar Ketum Demokrat.

roses-desi-glitters-48
roses-desi-glitters-48

koleksi opajappy.com Demokrat dan Golkar berkoalisi, klop, pas, dan cocok. Golkar, sejak 1970an yang tak pernah bergeser dari kekuasaan di negeri ini memang lihai bermain politik. Sementara itu, Demokrat yang 10 tahun terakhir berkuasa di negeri ini, kini pamornya menurun serta merosot. Menurun dan merosot akibat kinerja pemerinta SBY yang jauh dari harapan. Golkar dan Demokrat, sama-sama tidak bisa mempertahankan kuasa dan kekuasan politik yang selama ini mereka genggam; mereka tak berdaya terhadap penolkan publik Nusantara. Dalam sikon ketidakberdayaan tersebut, sebagai dua kelompok yang kalah sama-sama, dengan sisa kekuatan yang ada, menyatukan diri dalam koalisi seimbang dalam rangka menuju serta merebut kursi sebagai RI I dan RI II. Mereka berkoalisi untuk merebut dan mempertahankan kuasa dan kekuasaan. Niat, nafsu, ambisi, obsesi Gokar dan Demokrat tersebut, akan menjadi suatu kekuatan untuk berhadapan dengan Kandidat Presiden/Wapres dari  Gerindra Cs dan PDIP Cs. Permaianan dan pertarungan, akan semakin ramai. Namun, di balik itu, diriku melihat bahwa Golkar dan Demokrat sebagai koalisi orang-orang (yang) kalah dan terluka. Pada sikon itu, untuk mempertahankan dan menunjukan diri bahwa mereka masih ada dan diperhitungkan, maka harus menyatu dan  memperlihatkan taring kekuatan serta perlawanan dalm pertempuran hingga akhir ataupun kalah total. Dan, karena maju bertempur sebagai orang-orang kalah dan terluka, maka mereka akan melakukan secala macam cara untyuk mengalahkan lawan-lawannya, termasuk menjadi predator untuk memangsa siapa pun; predaotor yang memangsa, menghancurkan, menghabiskan lawan-lawan politik mereka. Berdasar semuanya itu, kubu Prabowo Cs dan Jokowi Cs harus dengan saksama memperhatikan laju serta permainan koalisi dadakan antara Golkar dan Demokrat tersebut. Sebab, tika menutup kemungkinan, berdasar pengalaman Pilpres sebelumnya, ada banyak rekayasa dan penyimpangan (yang tak pernah diselesaikan) dalam rangka memenangkan kandidiat tertentu. Hal tersebut bisa dilakukan secara gelap dan tak terlihat namun dampaknya ada serta yang terang-terangan sebagaimana Sang predator memangsa korbannya.

Dengan demikian dalam rangka menang dan mengalahkan musuh, maka Koalisi Predator tersebut akan merambah ke mana-mana; mereka akan merebut suara para pemilih. Suara pemilih yang bagaikan sesuatu yang kudus, berharaga, dan seperti mutiara nan mahal itu, yang tak bisa terbeli oleh apa dan siapa pun, akan menjai bahan rebutan secara halal maupun haram melalui politik uang.

Oleh sebab itu, sebagai pemilik mutiara, suara yang tak ternilai, hati-hati dan awas, sehingga tidak tertipu dengan politik uang, politik bantuan sosial, politik bantuan sarana, dan lain sebagainya, bahkan politik janji kosong; semuanya itu hanya kerja dan kerjaan predator politik.

Mari kita menjadi pemilih yang cerdas dan kuat menahan godaan serta serangan dari para predator.

1291892185560013525
1291892185560013525

SUPLEMEN: Politik, politic adalah padanan politeia atau warga kota (Yunani, polis atau kota, negara, negara kota); dan civitas (Latin) artinya kota atau negara; siyasah (Arab) artinya seni atau ilmu mengendalikan manusia, perorangan dan kelompok.

Secara sederhana, politik berarti seni pemerintah memerintah; ilmu memerintah; cara pengusaha menguasai. Makna politiknya semakin dikembangkan sesuai perkembangan peradaban dan meluasnya wawasan berpikir. Politik tidak lagi terbatas pada seni memerintah agar terciptanya keteratuaran dan ketertiban dalam masyarakat polis; melainkan lebih dari itu.

Dengan demikian, politik adalah kegiatan (rencana, tindakan, kata-kata, perilaku, strategi) yang dilakukan oleh politisi untuk mempengaruhi, memerintah, dan menguasai orang lain ataupun kelompok, sehingga pada diri mereka (yang dikuasai)  muncul atau terjadi ikatan, ketaatan dan loyalitas (walaupun, yang sering terjadi adalah ikatan semu; ketaatan semu; dan loyalitas semu). Dengan itu, dalam politik ada hubungan antar manusia yang memunculkan menguasai dan dikuasai; mempengaruhi dan dipengaruhi karena kesamaan kepentingan dan tujuan yang akan dicapai. Ada berbagai tujuan dan kepentingan pada dunia politik, dan sekaligus mempengaruhi perilaku politikus.

Politik juga memunculkan pembagian pemerintahan dan kekuasaan, demokrasi (dalam berbagai bentuk), pemerataan dan kesimbangan kepemimpian wilayah, dan lain sebagainya. Hal itu menjadikan pembagian kekuasaan [atau pengaturan?) legislatif (parlemen, kumpulan para politisi); eksekutif (pemerintah); dan yudikatif (para penegak hukum); agar adanya ketertiban dan keteraturan dalam masyarakat.

1399533028691831906
1399533028691831906
opajappy.com

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun