[caption id="attachment_319475" align="aligncenter" width="458" caption="Kompas.com/Kurnia Sari Aziza Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo menerobos banjir di Kampung Sawah, Jakarta Timur,"][/caption]
, ternyata juga menimbulkan banyak cerita dan kisah; ada yang lucu, tragis, heroik, bahkan penuh dengan rasa kesetiakawanan sosial, termasuk terbit rasa kebersamaan dalam derita. Dari pengalaman bersama mereka yang menjadi korban banjir, karena sama-sama menjadi korban, maka muncul tungku darurat untuk masak mie instan, satu kompor minyak tanah dipakai bergiliran, bahkan satu periuk menjadi milik bersama untuk menyediakan makanan atau pun air panas untuk menyeduh kopi.Ini juga hanyalah cerita dari sisi lain; sisi lain dari pada waktu Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo meninjau lokasi banjir di Kampung Sawah, Kelurahan Pondok Bambu, Kecamatan Duren Sawit, Jakarta Timur. Ia datang dengan truk bak terbuka, milik satuan polisi pamong praja; Jokowi didampingi Wali Kota Jakarta Timur Krisdianto, menerobos genangan air dan menelusuri perumahan yang terendam banjir.
Media News Online, mencatat, "Sepanjang jalan, Jokowi yang berdiri di truk bak terbuka, melambaikan tangan kepada warga. Warga tak peduli dengan genangan air setinggi 50 cm dan berusaha mendekati Jokowi. Dan mereka pun, terutama anak-anak, berseru "Pak Presiden! Pak Presiden!"
Hal di atas, hanya kejadian kecil, ringan, dan mungkin bukan menjadi berita; mungkin juga hanyalah hanyalah emosi massa, ketika dalam derita kebanjiran, ada sosok pemimpin yang menghampirnya, mampir, dan melihat sikon mereka.
Mungkin saja terikan "Pak Presiden" yang keluar dari antara mereka yang kebanjiran, (bayangkan jika banjir setinggi 50 cm, dan ada anak-anak disitu, sambil bersalaman, berseru kepada/dengan Jokow), sebagai ungkapan harapan masa depan bagi Jokowi!?
Jika, sejenak (kita) gunakan pikiran positif, dan melihat teriakan Pak Presiden - Presiden tersebut, kata tulus yang keluar dari kesucian, kejujuran, kepolosan anak-anak, maka itu sekaliug suara nubuatan dari Sang Khalik melalui bibir kecil dan mungil itu. Seakan, Sang Khalik, hendak berkata melalui media anak-anak, Ini lho, pemimpin masa depan kelian, ia akan menjadi Presiden.
Bisa jadi, jika semuanya itu adalah dalam kehendak-Nya, maka siapa yang bisa menghalanginya!? [caption id="attachment_319481" align="aligncenter" width="445" caption="indonesiahariinidalamkatakata.8m.net"]
[/caption]13911669261481113014
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H