Mohon tunggu...
Opa Jappy
Opa Jappy Mohon Tunggu... Konsultan - Orang Rote yang Bertutur Melalui Tulisan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

http://jappy.8m.net

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Apa Susahnya Berkata, "Saya Melarang Kenaikan LPG 12 Kg"

5 Januari 2014   22:16 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:07 296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

doc kr.co.id

Tiba-tiba ada kehebohan baru; hanya gara-gara Elpiji, banyak orang ikut ramai. Ada yang mencaci, tak sedikit yang mengkritisi, dan sangat banyak yang mengeluh. Betapa tidak, Negara melalui Badang Usaha Milik Negara bernama Pertamina, melakukan pemerasan tehadap rakyat  melalui permainan harga LPG. Bahkan ada pengamat yang berkata di koran lokal Jakarta, berkatan Negara merampok rakyatnya melalui harga LPG. Nah.

Ketika nyaris semuanya heboh, (baru) pemerintah panik, politisi dan parpol ikut bicara sambil perlihatkan citra kemunafikan yang menyuarakan sura rakyat. Ramai-ramai bersuara beda denagn dengan keputusan Pertamina.

Padan sikon terjepit (karena suara-suara miring dari berbagai kalangan), Presiden Susiol Bambang Yudhoyono pun melakukan Rapat Terbatas Kabinet Indonesia Bersatu II di Bandara Halim Perdanakusuma. Keputusan pun datang dari Halim,

"Pemerintah meminta Pertamina mendorong proses peninjauan kembali harga BBM dalam satu satu atau 1x24 jam.

Saya berharap dengan mekanisme yang akan diambil, malam ini mereka sudah bekerja, sehari berkonsultasi dengan BPK dan siang harinya Pertamina sudah melakukan peninjauan dan bisa disampaikan pada masyarakat mengenai apa yang akan dilakukan pertamina untuk mengatasi permasalahan harga Elpiji 12 Kg, ... " Hasilnya, kita tunggu besok; tetap naik atau kembali ke posisi semula.

Diriku sampai-sampai berhalusinsi tentang Pertamina, perusahan besar, yang pernah dirku menji bagian kecil di dalamnya 1985-1989 di Sambu, Batam; betapa hebatnya, sehingga menaikan harga ELG dengan tanpa permisi pada institusi yang menaunginya. Dan ketika harga itu dinaikan, maka Presiden pun hampir-hampir tak bisa melarangnya. Presiden harus melakukan Rapat Kabinet untuk mengetahui duduk perkaranya. Sayangnya hasil rapat tersebut masih ngambang, belum ada ada kepastian.

Jadinya, diriku (mungkin juga saya; ya saya yang sedang membaca) heran; heran karena mengapa keputusan pemerintah (Rapat Kabinet) seperti itu!?

Apa susahnya, jika Presideng berkata, "Saya melarang kenaikan LPG 12 Kg!" Atau, berseru dengan tegas, "Saya perintahkan, Pertamina tidak menaikan LPG 12 Kg!"

LIK TERKAIT

Perseroan Terbatas Partai Politik

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun