Mohon tunggu...
Opa Jappy
Opa Jappy Mohon Tunggu... Konsultan - Orang Rote yang Bertutur Melalui Tulisan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

http://jappy.8m.net

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menanggapi Pesan Pendek: Tenaga Medis Tertinggi, Rohaniawan Terendah

3 Agustus 2022   15:20 Diperbarui: 3 Agustus 2022   17:40 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Jagakarsa, Jakarta Selatan | Dirimu, ya anda yang sementara baca, pernah mengalami "Pesan yang dikirim melalui WA atau pun SMS, tidak dibaca atau tanggapan, bahkan tidak ada reaksi apa pun dari penerima?" Padahal, pesan yang dikirim tersebut, cukup penting dan perlu tanggapan cepat.

Jika, Ya! Maka itu sama dengan jutaan orang di Seluruh Dunia. Ya. Sangat banyak orang kurang cepat menanggapi pesan yang mereka terima (melalui berbagai platform Aplikasi Medsos).

Mungkin mereka lupa bahwa, Mengirim pesan di Media Sosial, mempunyai makna bahwa Si Pengirim inginkan hal yang dibahas di/melalui kotak pesan, tidak diketahui oleh orang lain atau hanya terbatas pada dua Pengirim dan Yang Dikirim."

Kali ini, kurangnya tanggapan pada sejumlah orang terhadap pesan pendek tersebutlah yang menjadi perhatian saya (dan Tim). Kami melakukan semacam eksperimen sosial atau 'survei kecil-kecilan.'

Survei dilakukan pada Juli 2021, Desember 2021, Juli 2022; melalui beberapa tahap, yaitu

1. Mendapat kepastian bahwa nomor hp/WA (saya dan Tim) ada di daftar kontak calon penerima pesan dan survei

2. Membuat tempat daftar Broadcast (fasilitas dan fitur dari WA; masing-masing broadcast mencapai 256 penerima atau nomor WA). Kemudian, memilih dan memilah nomor kontak (untuk broadcast) sehingga penerima mewakili semua provinsi di Indonesia.

3. Usia penerima 25-70 tahun; dan dari berbagai latar belakang. Masing-masing profesi ataupun hubungan sebanyak 100 orang (termasuk anggota keluarga atau kerabat). Agar tidak sulit menghitung, maka jumlah penerima/nomor WA di broadcast dibulatkan menjadi 1000 orang.

4. Mengirim pesan melalui broadcast WA secara berkala pada Juli 2021, Desember 2021, Juli 2022. Konten pesan, "Apa Khabar?" dan link plus kutipan singkat artikel.

5. Mendapat kepastian bahwa pesam tersebut diterima penerima; ditandai dua contreng biru.


Setelah tahapan di atas, Tim menunggu tanggapan atau jawaban dari penerima broadcast.

Karena konten pesan, "Apa Khabar?" dan link plus kutipan singkat artikel, maka jawaban dari penerima antara lain, "Kabar Baik, Puji Tuhan, Alhamdulillah," atau pun komentar terhadap artikel.

Penerima menjawab atau beri tanggapan pada Real Time, atau menit 00 hingga menit 60.00

  • Tenaga Medis (Dokter, Apoteker, Perawat), dari 100 penerima pesan, 90 atau 90% menjawab pada real time
  • Aparat Keamanan (Anggota Polri dan TNI), 100, 80, atau 80%
  • Anggota Keluarga, 100, 70 atau 70%
  • Teman Dekat dan sahabat, 100, 60 atau 60%
  • Kenalan (Teman tidak dekat), 100, 50 atau 50%
  • Rekan kerja (pimpinan/atasan dan bawahan,  100, 40 atau 40%
  • Rekan dan Kenalan yang berhutang pada anggota Tim pengirim pesan, 100, 20 atau 20%
  • Rohaniawan Agama (Pendeta, Ustadz, Pastor, Pengurus Gereja, Pengurus Masjid/Musholla), 100, 10 atau 10%


Lain-lain penerima, seperti Mas Tukang Sampah, Mbak Asisten RT, Pengirim air galon, Petugas Ronda, tidak diprosentasikan.

Jawaban atau tanggapan dari penerima pesan setelah real time, tetap atau tak berubah.

Note

Tanggapan dari Tenaga Medis. Dari hasil tersebut (di atas), bisa disebut bahwa bahwa tenaga medis memiliki perhatian yang sangat besar pada interaksi dan komunikasi  (sosial dan interpersonal). 

Atau, mungkin saja, karena pada 2021 Covid-19 masih garang, sehingga mereka sangat perhatian pada kesehatan rekan-rekan atau sesama dalam kemanusiaan.

Dari survei, Tim juga mendapati, jika memberikan pertanyaan lanjutan ke para tenaga medis, pada real time, maka mendapat jawaban dalam waktu yang cepat.

Aparat Keamanan. Kelompok yang ini, umumnya berikan jawaban yang bersifat waspada dan keamanan.

Jawaban dari penerima lainnya, standar, misalnya, "Baik-baik juga Om!" Kecuali yang berhutang, selain jawaban standar, ditambah, "Maaf ya, belum bisa transfer!'

Tanggapan dari Rohaniawan Agama (Pendeta, Ustadz, Pastor, Pengurus Gereja, Pengurus Masjid/Musholla), yang hanya 10% menjawab pesan pada real time, ini mengejutkan Tim.

Tadinya, Tim berpikir bahwa Rohaniawan Agama (akan) menempati urutan pertama hasil survei, ternyata salah atau meleset. Bahkan ada Pendeta, Pastor, Ustad, Kyai yang sama sekali tidak memberi tanggapan. Prihatin, tapi, faktanya seperti itu. Penyebabnya? Entahlah!

Mungkin saja para Rohaniawan Agama lupa bahwa fitur pesan di Medsos, termasuk WA,  bisa menjadi kunjungan atau visitasi virtual ke/pada umat.

Misalnya, hanya dengan kata-kata, "Apa Khabar!?" dari Rohaniawan, umat sudah memaknai itu sebagai perhatian dan kedekatan; jadi, bukan karena dibutuhkan baru menghubungi mereka.

Agaknya para Rohaniawan Agama yang tugasnya "mengobati sakit rohani" kalah jauh dalam interaksi sosial dengan para Tenaga Medis yang mengobati luka-luka fisik.

Cukuplah!

Opa Jappy | Indonesia Hari Ini

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun