Mohon tunggu...
Opa Jappy
Opa Jappy Mohon Tunggu... Konsultan - Orang Rote yang Bertutur Melalui Tulisan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

http://jappy.8m.net

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kasus ACT: Tujuan Mulia yang Bergeser

6 Juli 2022   18:31 Diperbarui: 12 Juli 2022   23:17 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Srengseng Sawah, Jakarta Selatan | Mungkin, saya salah satu Orang Indonesia yang tidak terkejut dengan 'ACT Gate;' hingar bingar ACT terpancar ke mana-mana setelah ada 'Mantan Orang Dalam' ungkapkan ke Media. Mengapa seperti itu, merekalah yang tahu.

Perhatian saya ke ACT, sudah cukup lama, awalnya ada broadcast masuk ke HP/WA untuk jadi mitra. Ketika itu, saya bertanya, "Barapa banyak Panti Asuhan Kristen, yang ACT bantu?" Mereka tidak menjawab, malah nomor HP/WA saya yang diblock. Setelah itu, saya lupakan.

Selanjutnya, ketika Jakarta ramai demo/aksi berjilid-jilid, Ambulanca ACT sigap berseliweran di area; membawa tenaga medis, konsumsi, dan lain-lain. Untuk yang satu ini, "dua jempol untuk ACT."

Perhatian saya pada ACT, ini membuat saya prihatin, ketika ada kasus gizi buruk di Asmat, Papua, akhir 2017-awal 2018. Waktu itu, ada juga sejumlah artikel di Kompasian yang salahkan Presiden Jokowi; namun dijawab dengan artikel oleh Dokter Posma Siahaan. Saya juga ikutan menulis, "Kejadian Luar Biasa di Asmat karena Dieksploitasi, Dieksplorasi, kemudian Ditinggalkan."

Saya ikutan menulis Artikel tersebut, karena menanggapi sebaran flyer dari ACT (flyer ini sudah tak ada di website ACT; untungnya, masih ada di laptop saya). ACT sebarkan flyer usaha dana bahwa ada Bencana Kelaparan di Papua (perhatikan, bukan hanya Asmat, tapi Papua).

Bayangkan, dengan narasi seperti itu, tentu menimbulkan berbagai tanggapan dan menggugah hati para donatur. Ketika itu, saya beberapa mahasiswa asal Papua di Lenteng Agung, sempat bertanya ke pemasang poster "Papua Kelaparan;" tapi tak ada jawaban pasti. Setelah itu, tak ada berita lanjutan tentang nasib pengumpulan dana tersebut.

Kini, beberapa hari terkhir, ACT mendapat sorotan tajam, termasuk tentang bantuan yang tak utuh ke 'orang atau daerah' yang dijadikan alasan mengumpulkan dana. Kemensos RI pun mencabut izin ACT melakukan PUB: Pengumpulan Uang dan Barang.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Kemunculan ACT, siapa pun pendirinya, pada awalnya, bisa disebut sebagai "oase di padang pasir;" ketika banyak orang 'mementingan diri sendiri,' ACT membuat langkah raksasa dalam rangka menolong sesama manusia sebagai saudara dalam kemanusiaan.

Bukankah itu selaras dengan menempatkan diri sebagai, "Sesama Manusia untuk Yang Lainya, tanpa memandang batas-batas perbedaan etnis, iman, agama, dan golongan?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun