Jagakarsa, Jakarta Selatan | Alkisah, "menurut kabar berbisik," Bu Mantan dan kawan-kawan dekatnya tak begitu menyukai, pada banyak kesempatan, Gubernur Jawa Tengah ngikut Presiden Joko Widodo kemana-mana.
Dan itu, menurut sumber berita A 1 yang sangat layak dipercaya, keikutan itu sekaligus "memperkenalkan Gandjar Prabowo ke/pada khalayak ramai sebagai "Jokowi Pasca Jokowi."
Faktanya, "tindak Jokowi" seperti itu, pelan tapi pasti mampu menaikan faktor penerimaan publik terhadap Sang Gubernur. Lihat saja, Gandjar tak pernah bergeser dari puncak survey Kandidat Presiden."
Agaknya, Gandjar sudah ada dalam banyak hati Orang Indonesia sebagai "Next Jokowi." Sementara itu, para kandidat lain merangkak payah untuk meraih hati publik. Inilah yang menjadi kerisauan hati Bu Mantan dan kawan-kawan. Kawan-kawan itulah yang kini tanpa malu-malu mulai tebarkan ini-itu sebagai kelemahan serta ketidakmampuan Gandjar Pranowo di Jawa Tengah.
Sayangnya, banyak Nitizen Nusantara, terutama para relawan dan pendukung Jokowi (yang bukan simpatisan atau pun anggota PDIP), sangat cerdas membaca sikon dan pahami orasi serta narasi politik. Mereka tak tergoda dengan upaya menggemboskan Gandjar Pranowo. Dan ini, semakin mengjengkelkan "orang-orang yang tidak pro-Gandjar."
Berdasarkan semuanya itu, secara kasat mata, diakui atau tidak, sebagaimana pendapat dari banyak pengamat, termasuk saya, bahwa PDIP telah memperlihatkan tanda-tanda menolak keinginan publik.
Publik berkehendak agar Gandjar Pranowo sebagai "Jokowi Pasca Jokowi," tapi PDIP tidak menerima hal tersebut. Bahkan, dengan bermanuver agar Putri Mahkota yang tampil sebagai "Next Jokowi." Padahal dalam sejumlag survey sejak tahuh lalu, Sang Putri Mahkota ada di barisan terbawah.
Tanda-tanda dan Gejala Penolakan Kehendak Publik tersebut, saya boleh sebut, sangat berbahaya. Sebab, berapa sih anggota PDIP di Nusantara? Jika hanya andalkan angggota, maka PDI tak mampu meraih suara besar pada Pemilu yang lalu; itu terjadi karena di PDIP ada Jokowi sebagai Kandidat Presiden. "Pemilih bukan PDIP" tersebutlah yang memenangkan Jokowi dan membesarkan suara mereka di Parlemen.
Jadi, untuk PDIP, agaknya lebih baik berdiam diri, jangan menunjukan tanda-tanda menolak kehendak rakyat, serta biarlah semuanya mengalir seperti aliran sungai. Serta, jagalah agar siapa pun "Next Jokowi" adalah dia yang secara totalitas abdikan diri untuk Bangsa, Negara, dan Rakyat Indonesia.
Opa Jappy | Indonesia Hari Ini