Proses pendidikan, tak bisa lepas dari Guru dan Sang Guru; guru adalah tongkat pegangan, agar peserta didik menelusuri jalan berliku, kecil, dan bebatuan, hingga mencapai tujuan.
Ia juga adalah kuci dan anak kunci; dengan kunci itu, ia mebukan pintu ckrawal berpikir, sehingga peserta didik melihat bentangan semesta pengetahuan, kemudian masuk ke dalamnya.Â
Dan ketika ia ada di dalamnya, ia enggan keluar, sehingga terus menerus belajar, hingga mencapai kemandirian.
Guru, akan tetap menjadi seseorang dan tak bisa disebut guru, jika tak ada murid, tiada yang diajarkan, dan tak pernah mengajar siapa-siapa. Namun, ia akan tetap disapa sebagai guru, walau sudah berhenti mengajar dan mendidik.
Guru adalah motivator, dan juga meletakan puzle-puzle pengetahuan ke dalam diri anak didik, dan mereka bersama, ketika berhasil membentuknya, akan  menemukan bangunan indah; bangunan hidup dan kehidupan.
Stasiun Gambir, Jakarta Selatan | Remaja Cantik atau RC (15 Tahun), sebut saja seperti itu, setelah SMP, mempunyai tekad kuat untuk melanjutkan pendidikan di jenjang yang lebih tinggi. Tapi, RC ingin memperoleh pendidikan umum sekaligus keagamaan; sebab itu memilih salah Pondok Pesantren di Tenggarong, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.
Pesantren pimpinan AA (48 thn, seorang PNS dan bergelar S 2) menjadi tempat RC mempersiapkan diri untuk merajut masa depan. Tampilan diri RC yang cerdas dan cantik membuat AA terpikat. AA pun mengatur rencana agar RC bisa masuk dalam dekapan dirinya.