Super Hero
Pahlawan, hero, super hero, apa pun sebutannya, menunjuk pada seseorang atau orang 'yang berani melawan;' ia memimpin, memotivasi, membangkitkan semangat, bahkan memberi teladan agar orang-orang melawan sesuatu.
Sesuai pengembangan makna, pahlawan tak (lagi) berhubungan serta dihubungkan dengan hal-hal fisik, misalnya perkelahian, pertempuran, perang, dan sejenisnya. Melainkan, berhubungan juga dengan hal-hal soft, misalnya pendidikan, lingkungan, serta bidang-bidang hidup dan kehidupan lainnya.
(10 Nopember 2017)
Depok, Jawa Barat | Sekali lagi, otak tuaku, yang masih bisa berpikir metakognisi, dibuat sangat, sangat, dan sangat kerja keras. Penyebabnya, hasil dapatan di Medsos, terutama WAG, terlihat cukup banyak orang membela Vladimir Putin, Sang Presiden Rusia.
Vladimir Putin, mantan Kolonel Tentara Rusia, Petinggi KGB, masuk politik melalui Partai Komunis. Kemudian bergabung demgan United Russia (Parpol dengan Idiologi tak jelas serta oportunis). Melalui pintu United Russia (kini menguasai 75% dari 450 anggota Duma atau Parlemen Rusia), Putin berhasil jadi Presiden Rusia.
Putin, diagungkan sebagai Super Hero yang berani melawan AS dan Nato, sehingga membombandir Ukrania. Rusia kok dilawan; Putin, kok diganggu. Kira-kira seperti itulah tanggapan banyak Werganet. Namun, bukan kali ini saja, Orang Indonesia "mendukung," bahkan puja-puji pada orang seperti Putin.
Itu hanya bisa terjadi karena kebanyakan Orang Indonesia, memang unik; utamakan (dan mudah percaya) apa yang pertama terlihat dan terdengar di/melalui Media. Cukup sudah. Setelah itu, ia/mereka tak update informasi, apalagi mencari dan membaca refrensi lainnya.
Akibatnya jelas. Mereka dengan mudahnya meng-hero-kan orang-orang atau kelompok yang dinilai sebagai sosok perlawanan. Ada banyak contoh seperti itu, misalnya,
Ketika, (sekian tahun lalu) ada konflik Hamas-Israel, ada kelompok di Indonesia melakukan aksi dukung Hamas sambil membawa poster Hitler.
Pada waktu ISIS masih kuat, ada politisi yang membuat puisi puja-puji ISIS, bahkan sejulah Ormas di Indonesia jadi agen rekrut pejuang.