Mohon tunggu...
Opa Jappy
Opa Jappy Mohon Tunggu... Konsultan - Orang Rote yang Bertutur Melalui Tulisan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

http://jappy.8m.net

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Orasi dan Narasi Hoaks, Intoleran, dan Radikalisme Memicu Apatisme Publik

26 Februari 2022   21:22 Diperbarui: 27 Februari 2022   00:43 462
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hoax

Hoax adalah something intended to deceive; deliberate trickery intended to gain an advantage; A deception for mockery or mischief; a deceptive trick or story; a practical joke; subject to a playful hoax or joke; To deceive by a story or a trick, for sport or mischief; to impose upon sportively.

Dengan kata kata-kata dan bahasa yang beda, maka Hoaks, adalah sesuatu untuk menipu; tipuan yang disengaja untuk mendapatkan keuntungan, manfaat tertentu; sesuatu tersebut bisa berupa, kata-kata, kisah, cerita, gambar, grafis, film, video, dan lain sebagainya. Dengan demikian, hoaks bisa saja berisi hal-hal ada, fakta, peristiwa (pada masa dan sikonnya), yang ditampilkan ulang sebagai ada dan benar pada waktu dan sikon yang beda/berbeda (yang kemudian/belakangan) atau disesuaikan dengan kepentingan Sang Penyebar Hoaks.

Bahkan, selain berupa hal-hal yang bohong dan tak pernah ada, bisa berupa data dan fakta (yang benar) pada sikon serta lokasi lain, namun (dengan beberapa tambahan atau edit narasi dan gambar) ditampilkan sebagai atau pada sikon kekinian; atau (sementara) terjadi pada masa kini.

(Opa Jappy, Februari 2018)

Dokumentasi Intisari
Dokumentasi Intisari


Kamar Sebelah, Depok Jawa Barat | Heran dan Prihatin. Beberapa tahun terakhir, Negeri Tercinta ini kebanjiran hoax; setiap hari ada saja yang baru. Sepertinya, ada pabrik orasi, narasi, flyer, video hoax, dan disebar ke mana-mana.

Sebaran hoax pun memunculkan gaduh dan kegaduhan; Warganet melapor ke Aparat terkait. Pembuat dan penyebar hoax ditangkap; diadili dan dihukum. Sayangnya, lamanya hukuman hanya beberapa bulan atau tak lebih dari dua tahun. Setelah keluar dari Penjara, mereka pun ulangi lagi kejahatannya.

Sikon seperti itulah yang sementara terjadi. Selain hoax, orasi dan narasi intoleran mewarnai hidup dan kehidupan masyarakat. Ditambah lagi dengan Kemiskinan Literasi, maka orang mudah gampang diprovokasi; dan ikut meramaikan suasana dengan opini serta ujar kebencian.

Semuanya itu, secara langsung menghancurkan spirit kebersamaan, kesetaraan, persatuan, dan kesatuan; bahkan nyaris menuju perpecahan dan kegaduhan sosial.

Selanjutnya? Pemberantasan hoax, orasi dan narasi intoleran, radikalisme, serta ujar kebencian suatu keharusan, tapi jika sanksi yang diberikan hanya seumur jagung dan padi; maka para pelakunya tak pernah jera dan tobat.

Akibatnya, semakin ke sini, terlihat bahwa Warganet mulai bosan menanggapi sebaran, orasi, dan narasi hoax, intoleran, serta ujar kebencian; mereka cenderung apatis. Ini berbahaya; dan saya takutkan terjadi merata dan merambah ke mana-mana.

Apatis, apathetic, bermakna acuh tak acuh, lesu, tidak menghiraukan); suatu sikon psikis yang menunjukan tidak peduli terhadap, hampir, semua hal yang terjadi di sekitarnya, termasuk yang berhubungan langsung dengan diri sendiri. Termasuk di dalamnya (sudah) tidak peka terhadap sikon dan kehilangan orientasi waktu (ini biasanya terjadi pada orang yang menderita sakit, lama terbaring di ranjang, serta terkurung dalam kamar). Ini merupakan apatis atau pun apatisme personal.

Selain apatisme personal, ada apatisme publik; atau suatu sikon pada masyarakat (pada komunitas atau pun kelompok masyarakat desa, kota, maupun wilayah yang lebih luas) acuh tak acuh serta tidak perduli terhadap apa pun yang disampaikan ke/pada mereka; misalnya, komunitas yang tidak menolak atau pun tak menerima program-program yang datang dari (ditawarkan) Pemerintah.

Jadi? Terpulang pada Aparat Hukum dan Pemimpin Bangsa, mau perbaiki keadaan atau melakukan pembiaran.

Opa Jappy | Indonesia Hari Ini

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun