Gang Buku, Srengseng Sawah Jakarta Selatan | Masih ingat 2-4 Tahun sebelum Pilpres 2019? Ketika itu, Kandidat yang paling menonjol adalah Prabowo Subianto.
Lepas dari lebih dan kurangnya, Prabowo melakukan banyak hal secara TSM dalam rangka memperkenalkan diri ke rakyat; sekaligus mengapus ingatan tentang 'luka-luka' yang ia lakukan pada 1998.
Dan, orasi dan narasi Prabowo pun, nyaris, tak menjelekan pemerintah, menuding sebagai antek asing, aseng, asiong, ataupun komunis; jauh dari sentimen SARA. Untuk hal-hal tersebut, Prabowo sangat memukau publik. Nasionalisme dan kecintaan terhadap Negara, terlihat jelas. Mungkin, karena alasan itu juga, Presiden Jokowi mempercayakan Kursi Menteri Pertahanan kepadanya.
Semuanya pada masa itu. Kini, dua tahun menjelang Suksesi Kepemimpinan Nasional pada 2024, adakah sosok-sosok yang berani melakukan seperti Prabowo lakukan?
Dalam arti (i) menyampaikan orasi dan narasi cerdas kepada publik, (ii) menunjukan keterpihakan pada proses pembangunan dan kemajuan bangsa dan negara, (iii) membangun solidaritas berbangsa dan bernegara, (iv) berusaha membongkar dan meruntuhkan sekat-sekat serta tembok perbedaan pada masyarakat, (v) serta menujukan prestasi dan rencana mada depan untuk Bangsa, Negara, dan Rakyat.
Adakah para elite politik yang ingin jadi Presiden dan Wakil Presiden RI pada tahun 2024 lakukan hal-hal tersebut? Atau, hanya pamer baliho dan sekedar menyampaikan orasi dan narasi beda dan penuh perlawanan terhadap pemerintah yang sekarang.
Mungkin saja, jika sekedar pamer baliho politik, tak apa lah. Faktanya, banyak sosok (yang ingin jadi Presiden RI) menggunakan orasi dan narasi perlawanan terhadap pemerintah sebagai cara 'jual diri' untuk mendapat perhatian publik.
Sungguh, semuanya itu, saya sebut sebagai, model jualan politik yang usang, tak beradab, jauh dari etika politik, serta cara pra-kampanye yang tidak cerdas. Prihatin. Tapi itulah yang sementara terjadi karena sebagai pilihan sejumlah elite politik dalam rangka menggapai dan menduduki Takhta RI Satu.
Karena hal-hal seperti itulah, publik tidak menemukan sosok yang pas sebagai 'Jokowi Pasca Joko Widodo' untuk 2024 dan selanjutnya. Akibatnya, tak salah, jika ada kelompok yang mulai tebar 'Jokowi Tiga Periode;' saya sendiri, sebagai Relawan, belum menyikapi hal tersebut. Siapa yang salah? Ya itu tadi, para politisi yang tak cerdas berpolitik, tapi mau jadi Presiden.