Mares Depok, Jawa Barat | Pernahkah anda, yang sudah Opa/Oma atau lansia, melihat di depan cermin bahwa perut (sendiri) sudah tak proposional dengan ukuran atau postur tubuh?
Jangan remehkan, dan berpikir bahwa itu adalah hal biasa pada lansia. Karena hanya sesuatu yang Umum terjadi. Apalagi, Indonesia belum menjadi Negara Terbanyak di Asia Tenggara dengan Penduduk kelebihan bobot. Data menunjukan bahwa, Malaysia (44.2%), Thailand (32.2%), Singapura (30.2%), dan Filipina (26.5%), Indonesia (21%) dari populasi dewasa yang berlebihan berat  badan, (di akses dari Aplikasi Layanan Kesehatan Publik).
Ya. Jika kelebihan berat badan tersebut muncul dari penambahan 'daging' pada semua aggota tubuh, merata, atau seimbang, serta terlihat atletis, maka tak perlu dikuatirkan. Namun, jika hanya perut yang membesar, serta makin menaik seperti ibu hamil, maka patut diwaspadai.
Sejumlah rekan saya, yang Dokter, mengnformasikan bahwa "Perut gendut atau bontak, dan cenderung menaik atau bertambah besar, bukan karena hamil, bisa merupakan gejala penyakit kronis. Lebih baik chek up." Nah lho. Selain itu, penyebab perut lansia membesar antara lain
Masuk angin, hanya sekedar kembung, serta tak menambah berat badan. Ini sering dianggap 'buman penyakit;' karena cukup oles minyak angin atau balsem, plus 'kerokan,' sembuh.
Terjadi 'penumpukan' lemak di area dinding perut bagian dalam akibat pola makan, minuman berakohol, dan lain sebagainya.
Gangguan lambung plus sembelit; terjadi ada penumpukan sisa makanan di usus (yang menuju) pembuangan atau BAB. Cukup makan buah-buahan dan sayuran berserat, kembali aman.
Peradangan di usus (misalnya usus buntu), (pada lansia perempuan) gangguan di kandungan atau pun kanker mulut rahim pada stadium tertentu. Ini hanya bisa terdeteksi melalui pemeriksaan di RS. Jika, terlambat, bisa membawa maut.
Dan, terparah adalah adanya penyakit atau gangguan pada liver/hati, dibarengi sejumlah penyakit lainnya pada/dalam tubuh. Jika perut membesar (secara tak wajar) diikuti sakit atau nyeri parah, maka wajib pemeriksaan lab dan konsultasi dengan dokter. Jangan diagnosa sendiri, dan minum obat yang dijual bebas; bisa-bisa malah keracunan obat.