Rote, Nusa Tenggara Timur | Tiba-tiba saja terjadi keramaian dan sedikit gaduh di jagad maya orang-orang NTT di Kampung Halaman dan Diaspoora; penyebabnya adalah, "Saya kemarin diajak teman-teman Komisi V kunjungan ke NTT. Tidak ada yang istimewa di sana, Bu, paling yang istimewa itu komodonya saja. Lihat pantai, lihat apa, di tempat saya di Jambi, Bu, banyak pantai begitu." Entah apa tujuannya, Bapak Itu sampaikan hal tersebut secara serius tanpa canda di area terhormat Gedung DPR RI.
Walau belakangan, melalui akun medsos, Bapak Itu menyatakan, "Tidak Bermaksud menyinggung Warga NTT," ucapan yang menyakitkan itu sudah terbawa angin ke mana-mana sehingga menembus hati semua putera/puteri Flobamora di mana saja mereka berada. Akibatnya, di berbagai grup medsos, nama Bapak Itu menjadi sasaran narasi dan orasi ketidaksukaan, bahkan ada yang mau membiayai dia gratis untuk berkeliling NTT.
Sebagai orang NTT, di Diaspora, yang cukup lama berada di area jalan-jalan dan kunjung NTT, cukup memahami ucapan Bapak Itu. Jadi, saya nilai ucapan Sang Anggota Dewan itu, "Itulah orang kekinian; kekinian yang tak mau menggali informasi atau melihat langsung, namun sudah berkata-kata. Tapi, kata-katanya tak sesuai dengan fakta, sehingga mengucapkan kata dan kata-kata tanpa mempertimbangkan akibat-akibatnya."
Jadi ingat. Sekian tahun lalu, saya sebagai bagian dari suatu gerakan bersama yang dinamakan VISIT NTT 2013. Gagasan utama VISIT NTT 2013, yaitu "pertama dong datang turis dong datang, abis itu dong datang lai sebagai yang pung doi (dialek Kupang)" atau "pertama mereka datang sebagai wisatawan, kemudian mereka datang lagi sebagai investor."
Gagasan utama tersebut diterjemahkan ke dalam VISI dan MISI yaitu Terciptanya NTT dengan segala keragaman seni - budaya dan pesona alam sebagai tujuan wisata di Indonesia; dan Misi (i) meningkatkan dan mengembangkan infrastruktur di berbagai lokasi wisata, (ii) meningkatkan PAD, (iii) meningkatkan kemampuan wirausaha kepariwisataan serta menciptakan lapangan kerja
Hasil dari gerakan tersebut, diakui atau tidak, telah terasa dan terjadi. Pemda dan rakyat NTT telah melakukan berbagai terobosan dalam rangka 'pertama mereka datang sebagai wisatawan, kemudian mereka datang lagi sebagai investor.' Dengan demikian, ucapan Bapak Itu tentang NTT sama sekali tak mendasar dan sangat tidak tepat.
Menanggapi kata-kata Bapak Itu, yang katanya Wakil Rakyat berasal dari Jambi, saya bersama sejumlah praktisi (bisnis) Pariwisata melakukan percakapan virtual.Â
Ternyata, yang terjadi di NTT adalah pembangunan pariwisata NTT dengan pendekatan inklusif dan berbasis sumber daya lokal itu dengan strategi community based tourism mengalami kemajuan yang pesat. Upaya tersebut juga dengan membangun sejumlah homestay dan pembangunan cottage pada sejumlah destinasi wisata itu guna menunjang pembangun pariwisata yang berdampak pada peningkatan pendapatan ekonomi warga.
Bahkan, banyak rekan-rekan muda saya menyebutkan bahwa, "80 persen tanah, gunung, lembah, batu karang, hutan, padang sabana dan stepa, laut dan pantai di NTT adalah destinasi terindah di Nusantara. Kami hanya kurang modal untuk merapikan dan menjualnya." Nah.
So, mari pasiar dan berinvestasi di area jalan-jalan dan kunjung ke NTT, agar tidak meremehkan Bumi Flobamora. Sebab, 'Bae Sonde Bael, Flobomora Lebe Bae' dari tempat lain.
Cukuplah