Lenteng Agung, Jakarta Selatan | Hingga Hari ini, Jakarta masih pemenang rekor pertama korban Covid-19; korban yang terpapar, positip, sembuh, dan meninggal karena Covid-19. Sayangnya, dari semua korban tersebut, karena alasan tertentu, publik tidak tahu tentang apa, siapa-siapa, bagaimana mereka.
Misalnya, korban yang di Jakarta, nama (minimal inisial), umur, alamat (minimal Kelurahan dan Kodya), di area mana mereka tertular (ini penting), dan latar sosial ekonomi (ini penting). Sehingga, jika di Jakarta, publik mendapat info tentang di/dan darimana korban tertular (misalnya saat efek kejut, di kantor, area terbuka, atau pun kendaraan, kampus, dan lain sebagainya). Info seperti itu, menjadi penting agar publik lebih waspada atau pun berhati-hati.
Selain kelangkaan informasi tersebut, khususnya di Jakarta, belum ada tanda-tanda adanya tindakan dari Pemda untuk menangani korban Covid-19 Non Kesehatan; padahal korban seperti itu ribuan kali lipat yang positip Covid-19. Di Jakarta, ada sekitar 3.7 Keluarga pra-sejahtera, yang menjadi korban Non Kesehatan dari Covid-19, tentu sebagai pioritas. Kapan mereka disentuh pertolongan?
Jadi? Agar mencapai keberhasilan menghalau Covid-19, bukan melulu fokus pada mereka yang sudah terpapar, tapi juga para korban Non Kesehatan serta yang bisa menjadi korban karena ketiadaan informasi.
Oleh sebab itu, perlu keterbukaan informasi, minimal tentang di/dan darimana korban tertular, misalnya saat efek kejut, di kantor, area terbuka, atau pun kendaraan, kampus, dan lain sebagainya. Keterbukaan tersebut agar orang-orang yang belum terpapar tidak menjadi korban berikutnya karena ketidaktahuan mereka.
Cukuplah
Opa Jappy | Indonesia Hari Ini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H