Proses pendidikan, tak bisa lepas dari Guru dan Sang Guru; guru adalah tongkat pegangan, agar peserta didik menenelusuri jalan berliku, kecil, dan bebatuan, hingga mencapai tujuan.
Ia juga adalah kuci dan anak kunci; dengan kunci itu, ia mebukan pintu ckrawal berpikir, sehingga peserta didik melihat bentangan semesta pengetahuan, kemudian masuk ke dalamnya.Â
Dan ketika ia ada di dalamnya, ia enggan keluar, sehingga terus menerus belajar, hingga mencapai kemandirian.
Guru, akan tetap menjadi seseorang dan tak bisa disebut guru, jika tak ada murid, tiada yang diajarkan, dan tak pernah mengajar siapa-siapa. Namun, ia akan tetap disapa sebagai guru, walau sudah berhenti mengajar dan mendidik.
Guru adalah motivator, dan juga meletakan puzle-puzle pengetahuan ke dalam diri anak didik, dan mereka bersama, ketika berhasil membentuknya, akan  menemukan bangunan indah; bangunan hidup dan kehidupan.
===
Lenteng Agung, Jakarta Selatan | Beberapa hari terakhir, beredar video tentang kekerasan di/dari Dunia Pendidikan Indonesia; satunya, kekerasan peserta didik terhadap sesamanya, dan lainnya adalah guru menghajar murid.
Dua-duanya memiliki 'kesamaan' yaitu ada murid 'yang nakal dan bertindak di luar batas kewajaran;' dan, sepertinya kenakalan tersebut sudah lama dan terbangun di luar sekolah. Kemudian, murid-murid tersebut lakukan di/dalam lingkungan sekolah (mungkin ini yang menjadikan ada guru yang naik pitam dan menghajar salah satu muridnya, seperti di video yang beredar).
Penyebab Kenakalan Peserta Didik
Umumnya durasi Peserta Didik dasar hingga menengah (SD, SMP, SMA/K) berads di sekolah sekitar 5 hingg 8 jam; selebihnya, mereka ada di rumah dan lingkungan sosial atau pun masyarakat. Di area luar sekolah tersebut, mereka berinteraksi dengan sesama manusia yang berbeda karakter dan perilakunya.