Ada lagi, 'kegaduhan' lain dari politisi. Yang satu ini, tetap ngotot agar Pemerintah harus memulangkan WN ISIState ke Indonesia; dan semakin nyinyir dengan nada fals. Akibatnya, publik semakin menjadikan dia sebagai sasaran bully. Seirama dengan dia, politisi dari Oposisi, juga membuat 'gaduh' dengan twitt sarkas plus nyinyir agar China membawa pesawat untuk membawa pulang, katenye, jutaan TKA dari Indonesia. Sebelumnya, ia pun nyinyir tentang Uighur, yang katenye, jutaan dari antara mereka mengalami penindasan, terpenjara, tidak ada kesempatan beribadah, dan tanpa pendidikan. What? Politisi yang satu ini pun mendapat sengatan bully dari publik.
Dan masih banyak lagi. Jadinya, 100 Hari durasi Pemerintah Jokkowi-Ma'ruf serta Kabinet mereka, lebih banyak diwarnai oleh kegaduhan dan 'kegaduhan' (serta hoaks).Â
Tetapi, lucunya juga, beberapa kegaduhan tersebut, justru disambut dengan lucu-lucuan, tertawa, serta tawa getir. Misalnya, tentang Jakarta Kebanjiran diganti menjadi Jakarta Water Park; Monas yang mulai ditandus, Orang Jakarta sebut akan diganti atau dibangun menjadi 'New Monash Univesity' untuk kampus 212 (khan sudah ada alumninya).
Itulah kita; kita orang Indonesia, yang sering melawan sesuatu dengan cara-cara yang hanya bisa dipahami dengan tingkat kecerdasaan interaksi sosial yang tinggi. Atau, malah diam dan diam; diam bicara, diam bertindak, bahkan diam-diam sambil menyusun kekuatan untuk melakukan perlawanan dengan sengit dan keras.
So, para para politisi, berhentilah menciptakan kegaduhan dan 'kegaduhan;' sebab, kegaduhan yang tidak bermanfaat, bisa berakibat fatal.
Amin
Opa Jappy | Indonesia Hari Ini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H