Mohon tunggu...
Opa Jappy
Opa Jappy Mohon Tunggu... Konsultan - Orang Rote yang Bertutur Melalui Tulisan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

http://jappy.8m.net

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Kondom Itu Perlu, tapi Jangan Diperjualbelikan dengan Bebas

6 Februari 2020   12:06 Diperbarui: 6 Februari 2020   18:45 384
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokomentasi Kompasiana

"Anggaplah bahwa alat kontrasepsi (kondom) memiliki dua manfaat, yakni mencegah kehamilan serta mencegah penularan penyakit menular seksual (faktanya, sangat banyak studi yang menyanggah klaim tersebut). Dua argumen itu pula yang selalu dibangun di sekian banyak negara setiap kali berlangsung pertukaran wacana tentang kondomisasi. Di Indonesia, sama saja, sebagian kalangan juga mengonstruksi hal-ihwal terkait alat kontrasepsi (kondom) ini dengan penekanan hanya pada dua manfaat tersebut," ujar Kak Seto.

Dokumentasi halosehat.com
Dokumentasi halosehat.com
Lenteng Agung, Jakarta Selatan | Sederhananya, alat kontrasepsi merupakan perangkat atau benda di/dari luar tubuh yang digunakan manusia agar mencegah atau tidah terjadi kehamilan setelah hubungan seks. Benda tersebut bermacam-macam, bisa dipakai pada argan seks, ditelan/diminum, disuntik dan lain sebagainya, sesuai kebutuhan serta kenyamanan pengguna.

Alat kontrasepsi, bukan hanya kondom, namun banyak jenisnya; walau seperti itu, yang paling sering disebut adalah kondom, dan juga paling laris manis; sebagaimana diungkapkan oleh Kak Seto.

Faktanya, kondom merupakan alat kontrasepsi yang paling mudah didapat atau dibeli (bahkan tak perlu resep dokter, tidak perlu tunjukan ktp, dan seterusnya), gampang dipakai, praktis, gampang dipakai.  Karena kemudahan itulah, justri yang menjadi keprihatinan banyak orang termasuk saya dan Kak Seto. Ya, mendapat kondom semudah membeli air kemasan, permen, pulsa, atau pun snack.

Umumnya di Indonesia, kondom dipahami sebagai alat konrasepsi yang selayaknnya hanya dipakai atau dipergunakan oleh mereka, pria dan wanita dewasa, yang sudah berkeluarga atau menikah; dan dipakai sebagai alat agar tidak terjadi atau mencegah sperma mencapai ovum sehingga tak terjadi kehamilan pasca hubungan seks. Itu resminya.

Tapi, fakta yang terjadi, kondom bisa dibeli (didapat, dipergunakan) oleh laki-laki dan perempuan, termasuk remaja; kemudian mereka gunakan pada pada saat hubungan seks pra-nikah atau pun di luar nikah. (Note: Ini juga menjadi alasan sejumlah orang Indonesia menolak sosialisasi kondom di area terbuka; karena sosialisasi kondom, dimaknai sebagai mempermudah terjadinya maksiat).

Jadinya, ada semacam 'pro-kontra;' dalam artian, pada satu sisi, kondom sebagai alat untuk mencegah kehamilan dan tertular penyakit kelamin, pada sisi lain, bisa 'mempermudah' mereka yang 'belum cukup umur' berhubungan seks tanpa takut hamil.

Lalu?

Kondom memang diperlukan, atau mungkin keharusan karena mudah didapat, tapi sekaligus, karena kemudahan tersebut, bisa dibeli oleh siapa pun. Lalu apa yang seharusnya kita, anda, saya, dan pemerintah lakukan?

Saya lebih menyukai gagasan Kak Seto bahwa,  "Toko-toko kelontong modern di berbagai daerah. Induk perusahaan toko-toko tersebut sebaiknya dapat segera berinisiatif menyusun ketentuan-ketentuan internal untuk memastikan bahwa kondom diperdagangkan dengan cara yang lebih ketat dan bijaksana, tidak sebagaimana saat ini. Bahwa alat kontrasepsi tidak untuk anak (atau mereka yang selayaknya belum cukup usia untuk memakanya), dan tidak sepatutnya berada dalam jangkauan anak!"

Dengan demikian, perlu semacam perangkan hukum dalam rangkan mengatur penjualan dan pembelian alat kontrasepsi, terutama kondom.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun