Kutipan Tentang Travel Advice, Alerts, Warning, Banned
Travel Advice: Pada awalnya, di bidang pariwisata, travel advice merupakan bentuk 'guidans atau nasehat dan saran' [ dari Biro Perjalanan Wisata] kepada calon wisatawan ketika merencanakan perjalanalan wisatanya. Nasehat dan saran tersebut diperlukan agar, sang calon wisatawan dapat melakukan 'traveling atau pun visit' menuju destinasi wisata sesuatu keinginan dan kemampuan keuangannya.
Belakangan, Travel Advice hanya dihubungkan dengan peringatan dini kepada wisatawan, bahwa sebaiknya tidak mengunjungi wilayah tertentu, karena ada sejumlah hal yang bisa membuatnya tidak aman atau mengancam keselamatan dirinya. Namun, tidak melarang warga ke daerah lain (pada Negara tujuan), yang berbeda dengan tujuan semula.
Travel Alerts: Ini sudah mencapai tahap alarm atau peringatan agar wisatawan waspada. Waspada karena, bisa saja mereka ikut menjadi korban (kejahatan, penyakit menular, bencana alam, dan hal-hal ektrim lainnya) pada/di daerah destinasi wisata yang mereka kunjungi.
Travel Warning: Tahap ini, agak lebih ketat dari Travek Alerts. Travel Warning sudah mencapai pada 'memanggil pulang warganya yang sementara menjadi wisatawan' di suatu Negara atau Daerah, dan larang beperpergian (ke tempat tersebut) karena sudah tidak terjamin tingkat kelamatan dan keamanan untuk yang bersangkutan.
Travel Banned: Tahap ini, sudah merupakan larangan total untuk mengengunjungi Negara atau pun daerah (tempat) wisata. Larang tersebut terjadi karena Negara (yang wilayahnya menjadi tujuan wisatawan) sudah merupakan wilayah perang, konflik, bencana, dan lain sebagainya, sehingga sangat tidak aman untuk didatangi.
Agaknya, jika virus corona ini tidak dikendalikan penyebarannya, maka akan menjadi wabah global di pelbagai penjuru dunia. Serta, dampaknya (akan) merusak hampir semua pergerakan sosial, ekonomi, serta aktivitas lainnya. Contoh, area paling cepat mengalami dampak buruk dari mewabahnya viris corona adalah sektor industri wisata.
Sebab, harus diakui bahwa salah satu 'bomb ekonomi China'  telah menjadikan sejumlah warga China melakukan tour and visit ke luar negaranya dengan biaya premium atau pun subsidi. Sebaliknya, politik membuka situs-situs dan kota-kota kuno di China, menjadikan jutaan orang keturunan China (dan juga bukan) melakukan perjalanan wisata ke China. Dengan itu, sektor wisata China (serta negara-negara yang mempunyai Paket Visit China) mengalami tingkat kemajuan yang tinggi, banyak permintaan, serta setiap hari ada pergerakan wisatawan asal dan ke China.
Nah. Mewabahnya virus corona, ternyata telah berdampak pada industri wisata di China. Sejumlah besar pengelolah tour and visit China, misalnya di Negara-negara Asean, termasuk Indonesia, untuk sementara menghentikan, membatalkan, menunda perjalanan ke China. Bahkan, laman Kompas melaporkan bahwa, "Mulai Sabtu (25/1/2020), Pemerintah Kota Beijing akan menutup beberapa bagian Tembok Besar China untuk pengunjung. Penutupan tersebut untuk membantu mencegah penyebaran virus corona."
Bagaimana di Indonesia?
Memang hingga saat ini, belum ada laporan bahwa warga Indonesia (di Indonesia atau pun yang bekerja atau bertugas di China) terkena virus corona, tentu suatu hal yang baik; namun di balik itu, perlu diantisipasi. Pemerintah RI, juga, telah melakukan upaya-upaya strategis dalam rangka menghadadapi serangan virus corona. Patut diapresiasi.
Selain itu, agaknya, hal penting yang patut dilakukan adalah Pemerintah RI mengeluarkan  Travel Alerts dan Travel Warning (lihat kutipan) ke China. Hal tersebut sangat penting, mengingat virus corona telah berjangkit dari orang ke orang melalui udara di area tertutup, misalnya toko, ruangan, dan dalam pesawat terbang.
Mengeluarakan travel alert dan travel warning tersebut, hanya bersifat sementar, durasinya akan dicabut setelah wabah virus corona benar-benar telah di atasi. Jadi, travel alert dan travel atau pun travel warning hanyalah salah satu langka anstisipatif agar Indonesia terhindar dari wabah corona.
Cukup lah