Mohon tunggu...
Opa Jappy
Opa Jappy Mohon Tunggu... Konsultan - Orang Rote yang Bertutur Melalui Tulisan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

http://jappy.8m.net

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kecanduan YouTube

15 Juni 2019   12:17 Diperbarui: 15 Juni 2019   12:34 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi YouTube.com

YouTube merupakan situs video terbesar didunia, sekaligus sebagai media berbagi video. Setiap orang, siapa pun dia, bisa menggunakan fitur-fitur di YouTube untuk berbagai kepentingan.

Umumnya video-video di YouTube adalah klip musik, film, TV, hasil buatan sendiri; belakangan YouTube, juga digunakan berbagi video (berkonten) edukasi publik, agama, iklan, politik, bahkan hoaks dan ujar kebencian.

Dengan konten video seperti itu, maka mudah dipahami bahwa hampir semua orang, dari berbagai latar belakang, bisa mengakses, termasuk membuat akun, YouTube. Sehingga, data 2018, pengakses YouTube mencapai 1.5, di Indonesia berkisar 25 juta orang; sekarang, mungkin saja sudah lebih dari 25 orang. Bahkan, YouTube pun bisa membuat seseorang 'melupakan kotak TV' dan menggantinya dengan Live Streaming.

Namun, sisi lain 'kedekatan' seseorang (termasuk anda dan saya) dengan YouTube tersebut, bisa berdampak ketergantungan, kecanduan, atau pun memicu munculnya penyakit pisik dan psikhis.

Kecanduan YouTube

Kecanduan yang dimaksud adalah pada setiap kesempatan (seseorang) mengakses YouTube; dan hanya menggunakan YouTube sebagai sumber utama untuk mendapat informasi, hiburan, game, berita aktual, dan lain sebagainya, serta, hal tersebut dilakukan tanpa mengenal batas waktu, sikon, dan tempat.

Kecanduan YouTube, bukan hanya pada YouTuber, tapi khalayak penonton, termasuk anak-anak. Akibat, dari kecanduan tersebut, maka Si Pencandu, bisa terjerumus (dan akut) pada hal-hal berikut,

  1. Percaya pada informasi yang salah, menyesatkan, tanpa data serta fakta; utamanya, jika ia hanya melihat satu dua video, dan tidak membandingkan dengan video lainnya. Misalnya video kekerasan, terror, hoaks dan ujar kebencian.
  2. Lamanya durasi ketika mengakses YouTube, bisa menghabiskan banyak waktu, sehingga melupakan hal-hal lain yang lebih penting.
  3. Terkena radiasi hp; memang YouTube tidak membuat radiasi pada mata, namun pancaran radiasi dari layar desktop dan hp, bisa merusak mata, bahkan syaraf wajah. Ponsel bekerja menggunakan gelombang elektromagnetik yang menimbulkan radiasi di sekitar kepala terutama mata. Efek panas dari gelombang tersebut dapat menimbulkan akibat buruk pada mata; mata akan terasa kering, panas, dan sampai berair; pada lensa bisa terjadi katarak, (Lengkapnya Klik Kompas.Com).
  4. Memicu penurunan kualitas kesehatan psikhis, terutama pada mereka yang tergolong anak-anak hingga remaja. Misalnya, kecemasan, takut, halunasi, serta imajinasi seperti tokoh-tokoh yang ada pada video yang ditonton.

Karena adanya kecanduan Dan dampak tersebut, pihak YouTube pun hal itu; mereka membuat fitur untuk mengatur durasi menonton, yang diatur oleh pengguna.

Dokumentasi YouTube.com
Dokumentasi YouTube.com

Namun, apa pun batasan atau fitur yang bisa mengatasi serta mengatur nonton video di YouTube, semuanya tak berati jika tanpa ada kesadaran sendiri. Kesadaran bahwa YouTube bukan yang pertama, utama, tervalid untuk mendapat informasi, hiburan, dan lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun