Tentang Iklan dan Iklan Politik.
Ringkasnya, iklan merupakan publikasi yang bersifat penawaran produk tertentu kepada masyarakat melalui tertentu (berupa barang dan jasa). Tujuannya adalah publik mengenal, membeli, dan memakai produk tersebut.
Agaknya, pada konteks kekinian iklan tidak lagi berkisar bisinis barang dan jasa, namun ke bidang politik. Sehingga muncul apa yang disebut iklan politik. Itu terjadi karena politik bisa berarti kegiatan (rencana, tindakan, kata-kata, perilaku, strategi) yang dilakukan oleh politisi untuk mempengaruhi atau menarik perhatian orang lain, [Tentang Politik, Klik].
Karena dalam politik ada unsur mempengaruhi publik itulah, maka para politisi menggunakan iklan sebagai Salah satu cara memperkenalkan diri ke/pada publik; dan, satu media iklan politik tersebut adalah baliho.
Baliho Politik.
Baliho (Arab, artinya menyampaikan); atau menyampaikan sesuatu agar diketahui khalayak umum. Pada perkembangan kemudian, baliho dimaknai sebagai (bangunan untuk) layar atau display iklan besar dari kerangka besi, terpajang pada area strategis dan mudah dilihat publik.
Baliho pun bisa dipergunakan oleh siapa pun, termasuk politisi, yang bisa membayar ongkos pembuatan serta izin pemasangan; dan umumnya biaya lengkap satu baliho kerangka besi mencapai puluhan hingga ratusan juta.
Dengan demikian, baliho politik, tentu saja berisi informasi politik dan politis yang kadang hyperbola. Namun, walau mahal dan berbiaya tinggi, tidak sedikit politisi atau pun tokoh politik yang memakai baliho sebagai alat mengiklankan diri.
Baliho Prabowo sebagai Presiden.
Beberapa hari yang lalu, muncul baliho ucapan terima kasih terpilihnya Prabowo-Sandi sebagai Presiden dan Wapres RI 2019-2024. Baliho tersebut, mungkin merupakan tindak lanjut dari deklarasi sepihak bahwa mereka yang memenangkan Pilpres RI 17 April 2019.
Apa pun alasan atau penyebab dan motivasi pemasangan baliho itu, tentu telah menarik perhatian publik. Tapi, perhatian tersebut bukan apresiasi terhadap Prabowo-Sandi sebagai Presiden dan Wapres, namun sebaliknya.
Misalnya, menurut Obi (Mahasiswa Teknik Arsitektur di Jakarta Selatan), adanya baliho tersebut, pada satu sisi, sebagai bentuk ketidakterimaan pendukung Prabowo-Sandi atas hasil hitung cepat pemilihan Presiden 2019.
Di sisi lain, ini juga menjadi salah satu bentuk keberhasilan tim kampanye Prabowo-Sandi yang sejak sebelum Pilpres, telah membuat opini bahwa mereka telah menang dan hanya bisa dikalahkan Oleh kecurangan.
Selanjutnya menurut Obi, pernyataan pada baliho tersebut yang disebarluaskan secara berulang-ulang sehingga walaupun memang hasil penghitungan suara resmi KPU akan diumumkan pada 22 Mei mendatang, masyarakat akhirnya telah percaya bahwa Prabowo-Sandi memenangkan pemilihan presiden 2019. Ini adalah penyesatan publik.