Tentang Silent Voters
Saat ini sudah tidak ada lagi swing voters atau undecided voters; yang ada sekarang silent voter yaitu masyarakat yang ingin mencoblos sudah memiliki pilihan, tetapi merahasiakan pilihannya.
Hasil survei sejumlah lembaga penelitian bisa meleset dari hasil akhir karena fenomena silent voters.
Keberadaan responden yang merahasiakan pilihannya atau silent voters itu, tidak dapat diukur oleh lembaga-lembaga survei sehingga hasil akhir pemilu bisa jauh berbeda dari hasil survei.
Keberadaan silent voters itulah yang harus diperhatikan peserta pemilu. Sehingga tidak terlena ada selisih dua digit. Jika ternyata hasil akhirnya berbeda, jangan kaget, karena itu adalah akibat dari fenomena silent voters.
Oleh sebab itu, publik harus benar-benar memercayai penyelenggara pemilu mulai dari KPU, Badan Pengawas Pemilu, hingga aparat keamanan.
Perkiraan Populasi Silent Voters
Hingga saat ini, tidak ada angka pasti jumlah orang Indonesia yang memiliki hak pilih namun menjadi Golput atau pun tidak (mau) memilih dengan berbagai alasan. Namun, gejala dan tanda-tandanya bisa terdeteksi melalui interaksi dengan mereka dan postingan di Media Sosial.
Lalu, bagaimana dengan apa yang disebut silent voters? Sebetulnya mereka mudah dideteksi, utamanya oleh Lembaga Survei ketika melakukan survei.
Contoh:
Lembaga Survei ABC melakukan survei terhadap 1000 responden. Hasil survei, 400 orang atau 40% memilih Jokowi Ma'ruf; 400 orang atau 40% memilih Prabowo Sandi; 200 orang atau 20% merahasiakan pilihannya. Ke 200 orang tersebutlah yang disebut silent voters.
Jadi, ke 200 orang itulah yang sangat menentukan kemenangan atau pun kekalahan Capres/Cawapres.
##