Jika tidak ada perubahan dan hal-hal yang bersifat luar biasa, maka besok 24 Janurai 2014, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok dari Rumah Tahanan (Rutan) Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat. BTP, demikian permintaan Ahok agar ia tak lagi disebut sebagai 'Ahok,' agaknya di saat-saat sendiri dan kesendirian dalam batas-batas jeruji, melewati berbagai proses refleksi diri. Sehingga mencoba untuk disapa sebagai Basuki Tjahaya Purnama, bukan lagi Ahok, yang sering diidentifikasi sebagai Aseng, Asiong, Asiung, Ahong, Aliong, dan lain sebagainya.
Bebasnya BTP, ternyata bukan sekedar 'hari pembebasan' dirinya, namun sekaligus merupakan tergenapinya penantian banyak orang. Ya; mereka adalah, bisa dikatakan, orang-orang yang tidak (bisa) menerima vonis terhadap BTP, dan itu menimbulkan luka-luka bathin yang tetap membekas.
Selain itu, bebasnya BTP juga menjadi perhatian berbagai kalangan, termasuk para politisi dan pengamat politik; mereka menanti ke dermaga mana ia melabuhkan bahtera berpolitiknya. Atau, BTP akan menyingkirkan diri jauh-jauh dari keras serta buasnya politik, dan menjadi hanya seorang rakyat biasa yang bernama Basuki Tjahaja Purnama. Dan, ia meninggalkan serta melupakan semua serta semuanya.
Hari-hari menanti BTP di area kebebasan, sudah terjadi sejak Desember 2018, sejumlah besar Pendukung Ahok atau Ahokers telah menyiapkan berbagai 'prosesi pernyambutan;' namun, dari balik pintu ruang tahanan, BTP menyampaikan pesan perdamaian dan ketabahan kepada mereka bahwa dirinya tidak mau disambut meriah bagaikan pahlawan. Dirinya hanya mau keluar dari sebagai tahanan biasa yang telah bebas menjalani hukuman.
Pesan perdamaian itulah yang sampai ke ruang-ruang hati Ahokers, sehingga mereka pun urung melakukan prosesi penyambutan yang semarak, sorak sorai, dan teriakan serta air mata pembebasan. Karena itu, sebagai salah satu Ahokers, ketika saya dihubungi oleh berbagai media tentang 'Apa yang Ahokers lakukan untuk menyambut pembebasan BTP,' saya hanya menjawab,
"Ahokers menyambut baik hal tersebut dan bersiap melakukan penyambutan atas terbebasnya mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut dengan setangkai bunga. Setangkai Bunga Untuk Ahok II (seperti Setangkai Bunga unbtuk Ahok I yang saya gagas sekian waktu yang lalu) menjadi tema dalam sambutan atas kebebasan Ahok akan dilakukan di kediaman Ahok yang berada di kawasan Pluit, Penjaringan, Jakarta Utara.
Membawa atau mengirim setangkai bunga untuk Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok ke rumah pribadi Ahok. Ini untuk menunjukkan keterpihakan dan rasa solidaritas kepada Ahok."
Hal tersebut, menurut saya, bisa membuat Ahokers tersalur semangatnya untuk  menyambut BPT; sekaligus bentuk penyambutan itu bisa menjaga suasana agar tetap kondusif mengingat kondisi di tengah masa kampanye Pemilu 2019. Atau, untuk menjaga ketentraman masa Kampanye Pilpres RI, Ahokers tidak menyambut kembalinya Ahok di depan gerbang Mako Brimob, Jalan Akses UI, Depok, Jawa Barat.
Di atas, tetang mereka atau Ahoker yang menyambut BTP. Bagaimana dengan BTP sendiri? Kemana setelah ia bebas? Itu juga merupakan pertanyaan banyak orang. Saya tidak mau beranda-andai, karena BTP termasuk orang yang 'tiba masa tiba akal,' walau ia sangat kritis menanggapi segala sesuatu. Oleh sebab itu, ketika saya ditanya para pewarta tentang langkah awal BTP setelah bebas; jawaban saya cukup sederhana yaitu, Mantan Gubernur Basuki Tjahaja Purnama tidak langsung kembali sebagai politisi, tetapi baiknya setelah masa Pilpres 2019. Dan, eloknya setelah bebas BTP melakukan pemulihan luka-luka bathin.
Pemulihan itu, termasuk membangun kembali sosok diri yang utuh sebagai ayah dan suami (jika menikah lagi), serta duduk manis dan melihat, mempelajari, serta menilai ramai serta keramaian pesta demokrasi 2019. Bahkan, sambil menanti dengan sabar, karena bisa saja presiden terpilih (nanti) meminta BTP sebagai salah satu anggota kabinet. Who Knows?
Akhir kata,
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!