Mohon tunggu...
Opa Jappy
Opa Jappy Mohon Tunggu... Konsultan - Orang Rote yang Bertutur Melalui Tulisan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

http://jappy.8m.net

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Waspada, Kampanye Tidak Lazim Para Capres dan Cawapres

10 Desember 2018   12:37 Diperbarui: 10 Desember 2018   14:34 471
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tentang Kampanye

Sederhananya, kampanye adalah memberitakan (menyampaikan sesuatu melalui tulisan, gambar, suara dengan berbagai media) daya tarik untuk mendapat perhatian, dukungan, dan pilihan. Isi pemberitaan itu, antara lain kapasitas, kualitas, bobot, prestasi, kelebihan (berdasar data, fakta, arsip, hasil yang telah ada/dicapai), dan keuntungan jika memilih sesuai yang dikampanyekan. Kampanye bisa dan biasa dilakukan oleh/pada berbagai kegiatan; dan utamanya pada proses pemilihan pimpinan (dan pengurus) di pada organisasi tertentu (ormas, keagamaan, kegiatan sekolah, kampus, dan partai politik), dan yang paling umum dilakukan adalah pada kegiatan politik.

Dengan itu, kampanye, bisa terjadi atau dilakukan pada semua bidang, utamanya kegiatan yang bersifat mempengaruhi orang lain untuk memilih seseorang, kelompok, atau hasil produksi tertentu. Demikian juga (yang terjadi) pada Pilpres RI tahun 2019, semua calon presiden dan wakil presiden (akan) melakukan kampanye tertutup (dalam/di ruangan) dan terbuka atau area terbuka yang tanpa batas.

Isi atau muatan dalam/di pada waktu kampanye pun, wajib berisi sejumlah visi, misi, program, janji politik, dan lain sebagainya yang bersifat (upaya) menarik perhatian, mempengaruhi, dan menjadikan orang lain tertarik (dan juga memilih) orang (dan visi, misi, program, dan janji) yang dikampanyekan atau ditawarkan. Itu yang seharusnya.

Lengkapnya, KLIK

Dari catatan di atas, ada hal yang penting yaitu, bisa saja terjadi, Kampanye (akan) memunculkan pemilih yang memilih (hanya) karena 'emosi politik,' ikut-ikutan, ikuti arus, berdasarkan 'provokasi politik,' dan terbuka kemungkinan 'memilih karena berapa banyak rupiah yang didapat; dan, ternyata hal seperti itulah yang mungkin saja terjadi pada Pilpres RI Tahun 2019.

Alasan tersebut, sangat beralasan, karena kedua pasangan Capres/Capres yang sementara kampanye, salah satu pasangang cenderung fokus pada 'pengerahan massa,' disertai bingkisan-bingkisan, amplop berisi uang, penggunaan ruang dan mimbar keagamaan, serta menyebarkan hoax dan ujar kebencian. Sementara pasangan lainnya, lebih pada (hanya) masuk ke titik kosentrasi pemilih atau pendukung. Mungkin saja, Tim Pemenangan kedua pasangan tersebut, menilai bahwa dengan cara 'kampanye yang tidak lazim' itulah yang bisa menarik pendukung atau calon pemilih.

Selain cara 'kampanye yang tak lazim' tersebut, saat ini, kedua pasangan Capres/Cawapres melakukan penyebaran 'logistik' kepada calon pemilih; dan itu dilakukan secara bertingkat, mulai dari komunitas, RT, RW, dan seterusnya. Bahkan, ada Tim Pemenangan melalui manajemen pengerahan massa, yang sebetulnya isinya adalah politik uang, calon pemilih di ajak piknik ke Jakarta, ziarah, dan jalan-jalan di pusat wisata, dan lain sebagainya.

Agaknya, penyebaran logistik melalui giat dan kegiatan seperti itu, terlihat cukup berguna, sehingga ada teman yang melaporkan bahwa, "Kami tak peduli dengan jejak masa lalu Capres, yang penting saya memilih dia;" kata-kata dari tetangganya. Dan, itu muncul, setelah tetangga tersebut ikut rombongan piknik.

Dengan pola seperti itu, menurut saya, jika Jokowi - MA (dan Tim Ses serta Relawan), berdiam diri dan tenang karena elektabilitas dan popularitasnya semakin meroket, akan merugikan mereka. Sebab, pola 'kampanye yang tak lazim,' tidak bisa dibantah akan mengikis hati orang-orang yang tadinya mendukung Jokowi MA. Jika itu terjadi, maka 'mimpi buruk' bagi Jokowi - MA.

Oleh sebab itu, untuk para pendukung Jokowi - MA, perlu suatu mekanisme yang cermat dan cerdas dalam rangka menyebar 'logistik' ke calon pemilih, bukan hanya oleh Tim Pemenangan, namun juga melalui para relawan (dalam organ maupun mandiri); bukan hanya kepada mereka yang bergerak di area publik atau lapangan, namun juga pada (relawan-relawan) Media Pendukung, yang main stream dan non main stream.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun