Selasa Pagi, waktu Kabul Afghanistan, di Uranus, tempat pertemuan sekaligus masjid besar dekat bandara. Sekiatar 1.000 orang jemaah melangkah pasti ke Masjid untuk merayakan Maulid Nabi Muhammad; perayaan tahun sesuai dengan warisan ajaran yang mereka yakini. Direncanakan, sejumlah besar ulama, juga akan hadir dalam perayaan tersebut.
Pagi itu, acara belum lama  berlangusng; masih pada pembacaan ayat-ayat suci Al Quran guna memperingati Maulid Nabi Muhammad, tiba-tiba, seseorang menuju ke tengah-tengah ruangann dan meledakan bom yang dibawanya. Dari video yang beredar di Medsos, terlihat pada menit ke 1.27, pelaku, dengan jubah hitam, melangkah ke depan, lalu meledakan diri. Pelaku tewas bersama bom yang ia ledakan. Mohammad Hanif, seorang ulama yang lolos dari ledakan, menyatakan, "Bunyi ledakan amat memekakkan telinga dan semua orang di lokasi pertemuan menjerit minta tolong."
Dalam hitungan menit, akibat ledakan bom tersebut, mebuat 50 orang tewas dan 83 orang luka-luka, itu data sementara. Aparat keamanan menyatakan bahwa korban masih bertambah, karena luka-luka berat dan tertimbun reruntuhan.
Presiden Afghanistan, Ashraf Ghani, menyebut serangan bom tersebut merupakan "kejahatan tak termaafkan" dan menyatakan Rabu 21 November sebagai hari berkabung nasional.
Siapa yang bertanggungjawab terhadap aksi bunuh diri tersebut? Kelompok Taliban membantah terlibat dan mengecam serangan itu; ISIS Afghanistan yang sering disebut ISIS Khorasan, juga membantah.
Agaknya, apa pun alasan bom bunuh diri tersebut, seorang teman dari salah satu Perguruan Tinggi Islam ternama di Jakarta, ketika saya meminta pendapatnya, mengatakan bahwa, "Maulud Nabi, memang terjadi pro-kontra. Pihak yang kontra menyatakan bahwa peringatan seperti ini tidak dikenal saat Nabi Muhammad masih hidup. Tidak ada dalam Kitab Suci Al-quran dan Hadist. Alasan kekhawatiran adanya pengkultusan Nabi Muhammad juga banyak dikutip. Sebaliknya, mereka yang pro peringatan Maulud Nabi menyatakan, tidak ada bukti yang mengakibatkan peringatan itu berujung pada pengkultusan Rasulullah." Itu saja.
Namun, apakah pro-kontra tersebut, bisa membawa pada tindakan ekstrim seperti bom bunuh diri; sejumlah teman, lebih memilih tidak berkomentar atau diam. Sebab, menurut mereka, "Apakah hanya alasan sederhana itu, seseorang tega membunuh banyak orang dengan cara meledakan bom?" Pertanyaan yang tak terjawab.
Lalu, siapa pelaku bom bunuh diri tersebut? Pastinya, tak khan terjawab, sebagaimana ledakan-ledakan bom bunuh diri yang terjadi di Afghanistan sebelumnya. Tapi, jika melihat moment meledakan diri tersebut, jelas bahwa orang yang meledakan bom, datang dari kelompok yang pikiran sempit, tanpa belas kasihan, tanpa cinta dan kasih sayang terhadap umat manusia; dan mungkin juga menolak perayaan Maulud Nabi.
Seorang teman dari Jawa Timur, mengirim pesan WA, bahwa, "Jika ia datang dari kelompok mungkin saja menolak perayaan Maulud Nabi, maka anda bisa mengira-ngira siapa mereka." Ya, kita cuma bisa menduga-duga, bahwa perbedaan warisan ajaran, bisa saling menghancurkan.
##
Sebetulnya, sesuai warisan ajaran yang berkembang, terutama di Tanah Air, tidak salah merayakan Maulud Nabi. Sebab, pada konteks tersebut, dalam bahasa religius, pada masa lalu, ada ungkapan bahwa, "unsur ibadah yang sejati termasuk, mengunjungi yatim piatu dan janda-janda dalam kesusahan, dan menjaga diri supaya tidak dicemarkan, ...;" bisa juga bermakna bahwa ada banyak orang yang memperhatikan dan berperan pada diri Muhammad yang yatim piatu, sehingga ia bisa bertumbuh, dan tak hilang dimakan zaman dan keras hidup di padang gurun Arab.