Mohon tunggu...
Opa Jappy
Opa Jappy Mohon Tunggu... Konsultan - Orang Rote yang Bertutur Melalui Tulisan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

http://jappy.8m.net

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

NU dan Banser Masih Sabar Hadapi Ormas Terlarang Hizbut Tahrir

27 Oktober 2018   21:16 Diperbarui: 27 Oktober 2018   21:58 617
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi

Area Tanpa Nama, Jakarta Selatan | Hal yang sudah saya prediksi sejak lama, menjadi kenyataan. Suatu waktu, sekian tahun lalu, pada era Presiden RI sebelum Joko Widodo, karena melihat sepak terjang ormas (kini telah menjadi Ormas Terlarang) HTI, pada salah satu tulisan, saya sebut Ormas tersebut, jika tidak dibubarkan maka akan memicu perang saudara di Nusantara.

Ketika itu, sejumlah orang, termasuk orang HT di Kompasiana, bersuara minor terhadap saya. Bahkan ada yang menyerang saya melalui artikel di Kompasiana, dan sejumlah situs serta blog; bahkan ada orang HT yang membuat Fans Page khusus untuk mencaci maki saya.

Ketika itu, fakta, data, dan jejak digital menunjukkan bahwa siapa pun yang 'bersuara minor' atau pun menyerang HT, maka mereka akan melakukan penyerangan secaera berjemaah. Siapa pun, sekali lagi siapa pun yang berseberangan dengan HTI maka dipastikan akan mendapat serangan balik melalui sejumlah media HTI. Tak terhitung tokoh politik, ulama, atau pun aktivis, yang dikuliti habis-habisan oleh HTI melalui tudingan, tuduhan, fitnah, serta ujar kebencian.

Kini, tahun 2018, setelah HTI merupakan Organisasi Terlarang, justru mereka menunjukkan perlawanan yang terang benderang. [Note: Pemerintah RI melarang HTI, namun belum diikuti dengan penangkapan para pemimpin mereka; akibatnya hti masih melakukan kegiatan di bawah tanah atau sembunyi, termasuk melalui Media Pemberitaan dan Media Sosial]. Corong-corong HT masih terus bersuara melalui sejumlah politisi, gerakan mahasiswa, serta oknum ANS, dan lain sebagainya.

Karena adanya 'gerakan bawah tanah' itulah, maka ketika beberapa hari lalu ada peryaan  Hari Santri secara Nasional, muncul bendera HT di berbagai wilayah, termasuk adanya pengibaran bendera HT di halaman Gedung DPR D Poso. Misalnya, kemunculan bendera HT tersebut, kemudian dibakar oleh Anggota Banser di Garur, ternyata membangung sel-sel tidur Hizbut Tahrir dari lubang persembunyian mereka.

Agaknya, sel-sel tidur HT tersebut, dalam persembunyian mereka, berhasil membangun rencana yang sebisa mungkin berdampak pada 'menyerang' para penghalang gerak HT di Nusantara. Singkat kata, HT menjalankan rencana jahat mereka. Bendera HT dibakar; dan mereka 'goreng' sebagai 'Banser Membakar Bendera Tauhid.'

'Gorengan' itulah kemudian menjadi debat yang nyaris tak berujung di area publik; kemudian HT lanjutkan pengarahan massa demo/protes bubarkan Banser. Demo atau pun protes yang hampir-hampir menjadi 'perang terbuka' antara HT dan Banser. Kini, memang sementara tenang; namun tetap waspada.

Waspada, karena pola HT sudah baku; mereka kembali ke persembunhyian, dan menyusun kekuatan dan membuat rencana yang lain. Tujuannya jelas, bukan hanya melempar wacana idiologi (sebagai) pengganti Pancasila; namun juga (diduga) mempersiapkan penyerangan secara fisik ke/terhadap Negara dalam bentuk pemberontakan bersenjata. Ini yang patut diwaspadai oleh semua anak bangsa.

Sebab, garis perjuangan HT adalah (i) halaqah peradaban (dakwah individual, merekrut anggota sebanyak-banyaknya), (ii) interaksi dengan masyarakat untuk mengubah ideologi mereka, dan (iii) tahap merebut kekuasaan. Agaknya, gerak dan gerakan HT di Indonesia, simultan; dan pastinya, mereka telah menyiapkan perangkat atau alat untuk merebut kekuasaan.  

Paling tidak, melalui aksi bubarkan Banser (yang di isi juga dengan poster serta orasi Ganti Presiden), HT telah melakuka  uji coba berhadapan fisik dengan NU dan Banser; namun uji coba tersebut gagal total. NU dan Banser masih terlihat sabar serta menahan diri terjadap agitasi dan provokasi dari HT.

Apa yang diperlihatkan oleh NU dan Banser, sudah jelas, mereka tidak takut dan gentar terhadap HT. Tapi, masih menjaga diri agar tidak terjadi 'pertumpahan darah' di Negeri Tercinta ini. Sebab, jika sampai terjadi, maka saya tidak bisa membayangkan anggota Banser di seluruh pelosok Nusantara (akan) mengejar HT sampai ke lorog-lorong serta lubang persembunyian mereka. Jika terjadi, maka memunculkan tragedi dan luka-luka bathin dan sosial yang parah serta tak tersembuhkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun