Dari dialog di Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi X DPR RI di Gedung DPR, Rabu (25/7/2018), terkait persiapan Asian Games dan Asian Para Games 2018,
Gubernur Sumatera Selatan Alex Noerdin, "Kami sudah terlalu sering dipanggil (DPR) dan sudah siap semua. Jadi kita persilakan daerah lain saja. Euforia Asian Games sudah luar biasa di Palembang. Warga, dia cat swadaya seluruh rumah, lantai dan sebagainya. Bapak kunjungilah."
Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno, "Semua sudah kami persiapankan. Tinggal ujungnya mesti banyak doa. Karena manusia menyiapkan tapi banyak yang kita mohonkan, itu Tuhan yang menentukan."
[Sumber]Â
Setelah membaca news di atas, saya teringat pada seorang teman Anggota Parlemen di Komisi X; saya bertanya tentang RDP tersebut, Ia pun bercerita tentang sikon lucu di Rapat RDP, sambil membully manis padaku, "Itu to Wakil Gubernurmu?" Sambil terbahak-hak, ia melanjutkan, "Orang Jakarta harus bersyukur punya Gubernur dan Wakil Gubernur yang membangun sesuai kehendak Ilahi." Wadeeeeh ........
Jadinya, apa yang diungkapkan oleh Gubernur Sumsel dan teman saya tersebut, sangat benar. Nyatanya, warga Sumatera Selatan, khususnya Palembang dan kota-kota kecil sekitarnya begitu antusias menyambut Asian Games. Bahkan, menurut pengakuan Gubernur Sumsel, warga Palembang menyambut Asian Games bagaikan menanti Hari Raya Lebaran, sampai-sampai mereka memperindah rumah dan pekarangan, memasang umbul-umbul, intinya memperindah kota.
Lalu, bagaimana dengan Jakarta? Pastinya, jika mengikuti kata-kata Wagub DKI di RDP dengan Komisi X, maka, "Jakarta sudah sangat siap, apalagi karena kekuatan doa dan Tuhan yang menentukan." Keren khan .....
So, siapa yang berani membantah bahwa Pemda DKI Jakarta tidak lakukan sesuatu atau mempersiapakan diri sebagai tempat berlangsungnya Asia Gamese? Jika ia atau mereka membantah, maka, secara tidak langsung, telah menyangkal 'penentuan Tuhan dalam mempersiapkan Asian Games.
Oleh sebab itu, jika warga Jakarta dan Media (dalam dan Luar Negeri), serta siapa pun yang melihat bendera-bendera peserta Asian Games dikibarkan dengan tiang belahan bambu, maka jangan protes, karena semuanya itu adalah 'Tuhan yang menentukan.' Atau, jika menemukan satu-satunya kota di Dunia, yang menghilangkan bau sungai dengan cara menutupinya, maka saya tidak berani kritik, karena itu adalah 'Tuhan yang menentukan.'
Bahkan, seperti yang saya lihat tadi, pagar seputaran Monas yang berkarat, jorok, dan di sana-sini ada lapak jualan; juga tanpa ada apa-apa yang 'berbau Asian Games' di kiri kanan jalan Medan Merdeka Barat, Utara, Selatan, Timur, Â saya tak berani protes, karena itu pun karena 'Tuhan yang menentukan.
Mirisnya, sejumlah teman dan kenalan, yang tadi bersama saya di Mahkamah Konstitusi karena kesamaan urusan, mengakui bahwa sebagai warga Jakarta, mereka tidak antusias dengan Asian Games 2019. Mereka malah tidak peduli, serta tidak berencana untuk menonton pertandingan-pertandingan. Ketika saya menanyakan alasannya, jawabannya hampir sama, yaitu tidak ada semangat karena kondisi Jakarta menurun jauh. Waduh.