Mohon tunggu...
Opa Jappy
Opa Jappy Mohon Tunggu... Konsultan - Orang Rote yang Bertutur Melalui Tulisan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

http://jappy.8m.net

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mari, Memulai Menulis

20 Desember 2017   20:18 Diperbarui: 21 Desember 2017   07:40 815
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi| Di Kompasianival 2017

Pondok Cina--Semua orang tahu makna tidak nampak, tak ada apa-apa, kosong, dan sama sekali tanpa apa pun; dan itu adalah sesuatu yang tak mungkin di alam raya. Karena tak ditemukan sesuatu yang tak ada; semuanya ada sehingga disebut terlihat, ada, dan eksis. Sesuatu yang tak ada itu, sebetulnya tiada; atau tak ada satu pun yang tiada di bawah Matahari. Jika disebut tak ada, maka itu untuk menunjukan sesuatu yang seharusnya ada pada lokasi terentu; sehingga jika/ketika dicari dan tiada, maka disebut tidak ada, padahal ada yang lain di tempat itu.

Sebetulnya, pada/di/dalam suatu tempat, lokasi, wadah (abstrak dan kongkrit) tak pernah kosong, tak ada, tiada, hampa, dan nihil; ia selalu ada, dan tetap ada sesuatu di dalamnya. Jadi, sebetulnya, tak nampak itu hanyalah karena tak terlihat secara fisik. Tapi, selalu ada dan nampak secara abstrak atau pun terarsip dalam pikiran.

Sama halnya dengan idea, gagasan, opini, pendapat, pokok-pokok pikiran, selalu ada di/dalam/pada hati, pikiran, diri, tubuh, roh, dan jiwa; rapi tersimpan dengan manis. Ia akan tetap di situ, jika tak dikeluarkan menjadi kata-kata teratur dalam bentuk tulisan agar terbaca oleh diri sendiri dan orang lain.

Hal-hal di atas, sebetulnya pernah dan sering terjadi pada banyak orang yang suka dan senang (atau pun tidak) menulis; menulis apa saja. Kadang begitu banyak hal yang ada di dalam pikirian, sehingga sulit untuk memilih dan memilah, mana yang akan ditulis atau dirangkai menjadi kata-kata indah berbentuk artikel. Tapi, kadang karena sangat banyak itu, maka tak ada satu pun yang dipilih dan terpilih menjadi tulisan.

Anda pernah alami seperti itu ...!? namun akhirnya juga menulis sesuatu!?

Menulis karena berhasil memilih dan memilah idea, gagasan, pokok-pokok pikiran; atau justru menulis hal yang berbeda dengan apa yang dalam pokok pikiran, berbeda dengan idea, gagasan, pokok pikiran yang telah ada sebelumnya!?

Ya. Kadang kita menulis seperti air mengalir; mengalir dari dalam hati; dan bukan karena telah ada di/dalam hati atau sebelumnya telah ada dalam diri. Kita bisa menulis karena kosong dan tak ada apa-apa dalam pikiran.

Mengapa bisa seperti itu!? Saya pun bertanya, dan mungkin saja tak ada jawaban yang memuaskan.

Mungkin saja, menulis juga merupakan (ada) kerja hormon (btw, adakah hormon untuk menulis!?), sehingga jika hormon tersebut tak bekerja makamalas menulis atau ketika hormon tersebut giat bekerja, rajin menulis alias produktif (!?). Mungkin ada hormon yang membangkitkan gairah untuk menulis serta membangkitkan mood agar menulis walau kosong dan tak ada apa-apa untuk ditulis.

Bisa jadi seperti itu, sebab walau kosong, tak ada idea, dan lain sebagainya, namun ketika saat menulis maka semuanya bisa mengalir dan terus mengalir dari huruf awal hingga titik akhir. Dan jika semuanya mengalir apa adanya, maka yang terjadi adalah suatu proses pengosongan; ketika menulis terjadi proses pengosongan hati (hati sang penulis). Sehingga, ketika selesai menulis, terjadi kelegaan dan keluasan hati, pikiran, dan sikon hati, tubuh, roh, dan jiwa.

Atau, ini yang luar biasa, menulis hampir sama dengan mood ML?  Dengan demikian (setelah) menulis pun otot-otot badan menjadi renggang, suasana hati jadi tenang, kurangi beban stres, ada perasaan nyaman pada diri sendiri karena uneg-uneg hati telah keluar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun