Stasiun Jatinegara, Jakarta Timur--Tahun 2007, ketika saya terpaksa 'melarikan diri' dari Jakarta Utara, saya menyatu dalam area tak bertuan di Selatan Jakarta.
Karena harus menyelesaikan draft modul Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian untuk beberapa Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta (sambil susun Proposal Disertasi, dengan fokus hubungan Agama dan Negara) maka semakin lama waktu di depan laptop, tapi tak bisa nginap di Kampus.Â
Saat itu, menjamur warnet 24 Jam, disitulah kuhabiskan banyak malam; paginya pulang rumah, mandi, ganti pakaian, dan kembali mencari area nyaman untuk menulis.
Suatu waktu, pada 2008, ketika mengejar refrensi, muncul situs Kompasiana, dengan aneka tulisan baru, original, hangat, namun perlu kroscek data di situs lainnya agar bisa sebagai refrensi tambahan. Sejak itu, Kompasiana bisa diandalkan untuk menuju ke situs lainnya. Padahal, Kompasiana baru secara resmi diluncurkan pada 22 Oktober 2008.
Jadi ingat, waktu itu Oktober 2010, saya baru selesai nulis artikel pendek tentang Nilai-nilai Hidup dan Kehidupan, sebagai bagian dari Modul Pengembangan Kepribadian; agar mendapat tanggapan publik, artikel tersebut saya publish di Kompasiana. Jadinya, buat akun serta publikasi tulisan pertama 26 Oktotober 2010.
Saat itu, dengan adanya Kompasiana, 'penulis akademis' (dari kalangan Kampus), seperti saya, berupaya dan belajar banyak dari para jurnalis Kompas, karena Kompasiana sebagai medium interaksi jurnalis di Kompas Gramedia. Jadi, kami 'mencuri' ilmu mereka, dan adaptasikan pada saat menulis.
Sehingga, artikel (yang akan dipublikasi di Kompasiana) tak lagi dengan bahasa baku, catatan kaki, dan lain-lain, melainkan berwarna jurnalistik/is dan bisa dibaca serta dimengerti oleh semua kalangan.
Hasil dari 'mencuri ilmu' tersebut, bagi saya, menghasilkan tulisan-tulisan yang dibaca oleh ribuan atau puh puluhan ribu orang.
Bahkan, salah satu tulisan saya, hingga kini dibaca oleh lebih dari 4.9 juta orang. Mungkin, pemegang rekor dunia sebagai 'Artikel yang Paling Banyak Dibaca.'