Hampir lima tahun lalu, Prof.Dr Amien Rais pernah berkata,Â
“… kemenangan Jokowi-Ahok bisa mengancam iklim demokrasi di Jakarta; sebab, Ahok ini didukung pebisnis.  Saya tak menyebutnya etnis; barisan pebisnis yang berdiri di belakang pasangan Jokowi-Ahok selama ini sangat berpotensi mencaplok kekuatan politik. Padahal, kekuatan pebisnis mestinya dikontrol oleh kekuatan politik untuk menciptakan iklim demokrasi yang segar.
 Saya terus terang sangat khawatir.
 Perkawinan politik dan bisnis ini bisa mengancam demokrasi dan kontraproduktif dengan kepentingan rakyat.
 Watak bisnis ialah profit dan kerap kali lupa norma hukum. Padahal, yang bisa mengingatkan bahwa bisnis keliru adalah kekuatan politik. Namun, jika politik sudah dicaplok pebisnis, maka masa depan demokrasi di ambang kehancuran. ..."
[Jappy Pellokila, Kompasiana, 3 Oktober 2012].
 Ya, di atas adala suara dan teriakan sekitar lima tahun lalu. Kini, apakah Amin Rais sudah berubah? Tidak.
 Amin Rais, menurutku, sementara sakit. Ia mengidap penyakit "Dendam Politik" yang sangat parah, sehingga tak terobati oleh apa dan siapa pun.
 Dendam politik yang sangat parah tersebut membuat pada setiap kesempatan Amin Rais menyerang Presiden Jokowi dan mereka yang ia anggap  "orangnya Jokow."
 Hingga kini, Amin Rais tetap melakukan manuver-manuver  dalam rangka memunculkan opini negatif terhadap kinerja Jokowi. Dan jika, hal-hal itu (dari Amin Rais tersebut) terpublikasi, maka diharapkan memunculkan penilaian negatif dan penolakan terhadap Jokowi.
 Hal yang masih hangat dari Amin Rais adalah Sekitar  Pilkada DKI Jakarta dan menyangkut Proses Peradilan Ahok.