Sayangnya, peluncuran Kapsul Impian Indonesia” pada Rabu 30 Desemebr 2016, di Lapangan Hapsana Sai Merauke, Papua tersebut, benar-benar diluncurkan; kapsul tersebut benar-benar meluncur entah ke mana, sehingga gaung dan bekas-bekarnya tak terlihat.
Padahal, jika menyimak hal-hal yang terkandung dalam “Kapsul Impian;” jika dilanjutkan dengan program serta aksi-aksi yang nyata dan real, maka akan tercapai dengan relatif mudah, serta tak perlu menunggu hingga tahun 20185.
Isi Kapsul Impian Indonesia 2085, nyatanya atau mungkin saja telah dilupakan dan terlupakan, sehingga sepanjang tahun 2016, yang baru saja berlalu kemarin, tak Nampak tanda-tanda atau pun gerakan menuju Impian Indonesia.
Lihat lah, apa-apa yang terjadi pada bangsa Indonesia pada tahun 2016?
Sumber daya manusia Indonesia yang kecerdasannya mengungguli bangsa-bangsa lain di dunia (1) dan Indonesia menjadi pusat pendidikan, teknologi dan peradaban dunia (3), kunci utamanya adalah pendidikan. Pada tahun 2016, belum ada tanda-tanda pendidikan di Indonesia dalam rangka menghasilkan komunitas terdidik
Komunitas terdidik, sebagaimana di Negara-negara maju, memiliki berbagai ciri, misalnya, disiplin parkir di depan rumah, buang sampah pada tempatnya, tidak membuat kebisingan, hadir pada pertemuan rutin anggota komunitas, cepat tanggap jika ada hal-hal yang mencurigakan pada lingkungan, bahkan berani memberi (menerima) teguran ketika melihat anak-anak komunitas yang melakukan hal-hal yang tak patut. Pada komunitas terdidik, nilai-nilai hidup dan kehidupan yang baik serta benar menjadi acuan bersama, bahkan di dalamnya ada toleransi, kebersamaan, serta hormat menghormati satu dengan lainnya.
Termasuk, jika di Indonesia, maka menjunjung tinggi nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Dalam komunitas terdidik, masing-masing orang mampu menggerakan yang lainnya untuk bersama maju dan maju bersama-sama. Juga merupakan hal yang penting dalam Komunitas Terdidik adalah adanya perhatian terhadap sesama dan mendahulukan kepentingan bersama, masing-masing orang tidak egoistik dan mementingkan diri sendiri, (lihat Opa Jappy/Kompasiana).
Masyarakat Indonesia yang menjunjung tinggi pluralisme, berbudaya, religius dan menjunjung tinggi nilai-nilai etika (2); pada poin, malah sangat parah. Atau, bahkan sejak Jokowi-JK berkuasa pada 2014, dibandingkan dengan tahun 2015, maka tindak kekerasan dan serta intoleransi pada tahun 2016, justru meluncur naik. Dan, nampaknya Jokowi – JK, belum berbuat banyak pada kasus-kasus Intoleransi di Nusantara.
Akibatnya semakin bertumbuh media, ormas, oknum yang menyebarkan intoleransi dan kebencian berdasar sentiment SARA
Masyarakat dan aparatur pemerintah yang bebas dari perilaku korupsi (4), pada bagian ini, ok lah. Ada sejumlah tokoh penting dikerangkeng KPK. Penangkapan terhadap sejumlah koruptor (ternama dan terkenal), bisa disebut telah menimbulkan ketakutan pada “para calon koruptor.” Namun, bukan bermakna, perilaku korup dan koruptor sudah mulai langka. Mereka masih banyak, dan semakin lihai menjalankan aksinya.
Terbangunnya infrastruktur yang merata di seluruh Indonesia (5); harus diakui bahwa, pola pembangunan yang dimulai dari pinggir, perbatasan, daerah terluar, yang dilakukan pemerintah Jokowi-JK, sangat tepat dan jitu. Sejumlah pintu masuk perbatasan RI dan Negara Tetangga, telah berubah menjadi “Gerbang Modern” dan bersahabat, tak lagi kampungan serta kumuh. Juga, terbangunnya sejumlah penunjang mobilitas masyarakat, misalnya jalan raya, jaringan kereta api, bandara, transportasi laut dan lain sebegainya. Bisa dipastikan, sebentar lagi akan ada pemerataan pembangunan pabriik atau pun pusat produksi di luar pulau Jawa.