Mohon tunggu...
Opa Jappy
Opa Jappy Mohon Tunggu... Konsultan - Orang Rote yang Bertutur Melalui Tulisan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

http://jappy.8m.net

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Pidato Presiden Jokowi di KAA 2015, "Soekarno Kecil" yang Berani "Melawan" PBB

23 April 2015   13:00 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:45 975
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Catatan I

Saja adalah manusia biasa; Saja dus, tidak sempurna.

Sebagai manusia biasa, saja tak luput dari kekurangan dan kesalahan.

Hanja kebahagiaanku adalah mengabdi kepada Tuhan, Kepada Tanah Air, Kepada bangsa Itulah dedication of life-ku.

DJiwa pengabdian inilah djadi falsafah hidupku. Saja nikmati dan djadi bekal hidupku.

Tanpa djiwa pengabdian ini, saja bukan apa-apa.

Akan tetapi dengan djiwa pengabdian ini, saja merasa hidupku bahagia dan membawa manfaat.

Soekarno, 10 September 1966

Ya, …. masih jauh jika dibandingkan dengan Bung Karno. Akan tetapi, jika Jokowi dengan kesadaran tinggi bersuara dan menyampaikan pesan ke/pada Indonesia melalui apa-apa yang dihasilkan-ditulis oleh Bung Karno, maka itu bukan kebetulan. Agaknya, Jokowi ingin menunjukan bahwa sebagai pempin (dan nantinya memimpin bangsa), ia beljar dan meladani pemimpin yang terdahulu. Oleh sebab itu, tak salah jika ia mengulang Dedication Of Life nya Soekarno sebagai Dedication of Life dirinya. Coba anda baca dengan penuh perasaan serta kecepatan baca yang lambat, sambil seakan-akan anda mendengar Soekarno sementara berbisik ke/pada dirimu, Dengan menggunakan Didication Of Life dari Soekarno, maka bukan saja Jokowi meunjukan dirinya sebagai rakyat biasa, numun juga kesiapan diri untuk menjadi Pemmpin Bangsa. Ia tak gunakan kata-kata karang sendiri, sambil menunjukan kehebatan, kesiapan untuk dn agar dipilh sebagai Kandidat Presiden, namun membiarkan orang lain yang mendengar membaca dirinya melalui pesan-pesan Bung Karno. Berdasar semuanya itu, ternyata Jokowi siap menjadi Presiden Republik Indonesia. [caption id="" align="aligncenter" width="546" caption="kompas.com"][/caption] Catatan 2

" ... kondisi dunia saat ini yang masih sarat dengan ketidakadilan dan kesenjangan. Negara Asia Afrika saat ini juga masih bergulat dengan kesejahteraan dan kemakmuran. Di sisi lain, negara-negara kaya jumlahnya hanya sekitar 20 persen dari penduduk dunia. Penduduk paling besar justru berada di kawasan Asia Afrika, tetapi dengan kondisi penduduknya yang berada dalam kemiskinan. Makin kentara ketika PBB tidak berdaya, mandat PBB telah menafikan keberadaan badan dunia. Oke, kita bangsa-bangsa di Asia Afrika mendesak reformasi PBB PBB,  harus berfungsi optimal sebagai badan dunia yang mengutamakan keadilan bagi semua bangsa. Bagi saya, ketidakseimbangan global semakin menyesakkan dada Kita tidak boleh berpaling dari penderitaan rakyat Palestina. Kita harus mendukung sebuah negara Palestina yang merdeka, ... [kompas.com]. ---- "Pada 60 tahun lalu, bapak bangsa kami, Presiden Soekarno, Bung Karno cetuskan gagasan tersebut demi bangkitkan kesadaran bangsa-bangsa Asia dan Afrika untuk mendapatkan hak hidup sebagai bangsa merdeka yang menolak ketidakadilan, yang menentang segala bentuk imperialisme. 60 tahun lalu solidaritas Asia dan Afrika sudah mengumandangkan perjuangan dan kemerdekaan serta menciptakan kesejahteraan dan keadilan. Kini,negara Asia-Afrika dihadapkan pada situasi dunia yang berbeda. Bangsa-bangsa terjajah telah merdeka dan berdaulat. Namun, perjuangan kita belum selesai! Dunia yang terjadi sekarang sarat dengan ketidakadilan, kesenjangan, dan kekerasan global. Cita-cita bersama mengenai berartinya sebuah peradaban baru, sebuah tatanan dunia baru, yang berdasarkan keadilan, kesetaraan dan kemakmuran masih jauh dari harapan. Ketidakadilan dan ketidakseimbangan global masih terpampang gamblang di hadapan kita, [kompas.com].

Ya, itulah Joko Widodo, yang lebih terkenal sebagai Jokowi, "Si Kecil" yang kini menjadi besar seiring dengan kebesaran bangsa dan negara Indonesia. Si Kecil yang memulai kemunculan sebagai kandidat Presiden dengan membaca Dedication of  Lifenya Soekarno, dan kini ia bagaikan "Soekarno Baru," walau belum utuh dan lengkap. Jokowi pun tak luput dari kritik yang berdasar fakta maupun mengada-ada, namun ia tetap bertahan. Ia lebih suka mendengar daripada langsung menjawab. Jokowi memang bukan Soekarno, yang pada masa jayanya, melawan kritik dengan pidato, pidato, yang dngan pidato yang berapi-api. Bahkan, Soekarno pun berani melawan PBB dengan alasan-alasan yang menurutnya sangat masuk akal. Mungkin masih segar dalam ingatan kita,

1 Januari 1965, Bung Karno menyatakan Indonesia keluar dari PBB. Ia memrotes penerimaan Malaysia, antek kolonialisme Inggris, menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan (DK)-PBB. Ketika mendengar instruksi Pemimpin Besar Revolusi Indonesia itu, sekjen PBB, pada waktu itu,  U Thanh menangis sedih, tak menyangka BK begitu marah dan kecewa. “Kita menghendaki PBB yang kuat dan universal, serta dapat bertugas sesuai dengan fungsinya. ....... Adalah jelas, semua masalah besar di dunia kita ini saling berkaitan. Kolonialisme berkaitan dengan keamanan; keamanan juga berkaitan dengan masalah perdamaian dan perlucutan senjata; sementara perlucutan senjata berkaitan pula dengan kemajuan perdamaian di negara-negara belum berkembang, ...” [penasoekarno]

Itu sekain puluh tahun yang lalu; puluhan tahun kemudian, dari Indonesia, muncul Presiden yang berani berbicara di forum dunia, dan mengajukan kritik terhadap PBB. Kata-kata, ".... PBB tidak berdaya, mandat PBB telah menafikan keberadaan badan dunia. Oke, kita bangsa-bangsa di Asia Afrika mendesak reformasi PBB, .... " memang tak sama persis dengan suara Soekarno, namun ketajamananya tetap sama atau bahkan lebih tajam; PBB harus dibenahi agar benar-benar menjadi lebih baik dari kemarin-kemarin. Bagi Jokowi, reformasi PPB dan PBB patut di reformasi merupakan hal yang utama dan pertama, sehingga bisa memperbaiki kinerjanya. Dengan demikian, keterlibatan PBB, dan badan-badan yang bernaung di bawahnya, di berbagai pelosok dunia semakin efektif dan terasa manfaatnya. Mari kita melihat semuanya dengan sabar

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun