Mohon tunggu...
Opa Jappy
Opa Jappy Mohon Tunggu... Konsultan - Orang Rote yang Bertutur Melalui Tulisan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

http://jappy.8m.net

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Australia Menolak Imigran Gelap, Karena Belajar dari Eropa

11 Februari 2014   19:24 Diperbarui: 27 Desember 2020   20:24 1240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mengapa hal tersebut dilakukan!? Alasannya sederhana, Australia belajar dari Eropa; mereka tak mau melakukan kesalahan yang sama seperti negara-negara Eropa.

Dokumentasi Irib
Dokumentasi Irib
 Ya, Australia belajar dari Eropa, yang menjadi tujuan terbaik para pelarian politik, pengungsi, imigran, dan pencari suaka. 

Sudah puluhan tahun orang-orang yang dikatorikan sebagai keluar dari negaranya karena berbagai alasan, menyerbu Eropa, dan di sana, mereka diperlakukan lebih baik dari negeri asalnya. Tak sedikit yang mengalami peningkatan taraf hidup dan kehidupan.

Selama bertahun-tahun, rakyat negara-negara Afrika Utara didera kesenjangan sosial dan ekonomi yang begitu menganga akibat imperialisme dan cengkeraman rezim diktator yang didukung negara-negara Barat. 

Untuk itu, mereka lebih memilih mempertaruhkan hidupnya di negara-negara Eropa demi masa depan yang lebih baik. Belakangan, kaum menengah terdidik dari Afghanistan, Irak, Syria, dan negara-negara Timur Tengah lainnya, ikut bermigrasi ke Eropa, meninggalkan negerinya yang dilanda konflik.

Gelombang arus manusia dari Afrika Utara, Timur Tengah, dan Asia Selatan, pada tahun terakhir ini, menurut Badan Pengelolaan Kerjasama Operasional di Batas Eksternal Negara-Negara Anggota Uni Eropa (Frontex), mencapai 1,5 juta orang; belum lagi dari tahun-tahun sebelumnya.

Mereka tersebar di semua negara Eropa. Membanjirnya para pelarian politik, pengungsi, imigran, dan pencari suaka serta penerimaan mereka oleh negara-negara Eropa, sejak sekian tahun lalu hingga sekarang, tentu saja menimbulkan berbahagia masalah sosial, erkonomi, budaya, bahkan keamanan. 

Namun, dengan berbagai kebijakan politik negara-negara Eropa, para pelarian politik, pengungsi, imigran, dan pencari suaka tersebut masih bisa tetap ada dan bertahan di sana.

Sayangnya, tak semua dari para pelarian politik, pengungsi, imigran, dan pencari suaka itu, adalah orang-orang yang penuh (ber)syukur dan tahu bererimakasih; mereka tak bisa beradaptasi dengan nilai-nilai lokal di mana merek berpijak. 

Sebagai pendatang yang dilegalkan (maupun yang belum), mereka meminta dan menuntut lebih dari apa yang didapat. Dan ketika permintaan tersebut ditolak, maka mereka pun menanduk negara yang menampungnya. 

Lihat saja, sebagai contoh, kerusuhan dan penjarahan tahun 2011, yang dilakukan oleh ia imigran asal Afrika serta Asia. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun