Saya kira, Jokowi-JK, tak khan lakukan dan ikuti "kesalahan para pendahulu mereka;" dalam arti "mendiamkan dan memusuhi" Presiden dan wakil Presiden sebelum mereka. Tapi, untuk perkara "menghukum," itu belum tentu tidak dilakukan. Sebab, bisa saja, pada saat itu ada perubahan besara pada pola pemerintahan Jokoi-JK, sehingga berani mengangkat kembali kasus-kasus besar; dan ada kemungkinan bisa menyeret para mantan di atas; misalnya soal Century dan Hambalang.
Dengan demikian, jika Time menyebut bahwa Jokowi sebagai harapan baru, maka ia pun harus bisa menciptakan suatu sikon rekonsiliasi nasional yang menyatukan kembali serpihan-serpihan akibat Pemilu dan Pilpres 2014. Dengan itu dendam politik yang sempat muncul ketika ada kandidat kalah pada pilpres lalu segera dihilangkan. Dendam tidak akan menyelesaikan masalah dan jika dibiarkan akan terus terjadi. Dendam di kalangan elite politik dan diikuti oleh para pendukungnya hanya akan menghancurkan bangsa. Tujuan dan cita-cita untuk memajukan Indonesia akan semakin sulit dicapai.
Pada hari-hari mendatang, rakyat Indonesia harus diperlihatkan betapa jiwa besar dan sikap kenegarawanan para pemimpin bangsa, yang saling menerima satu sama lain. Dan, nantinya, akan muncul seperti di negara-negara lain, ketika Presiden dan para Mantan Presiden tampil bersama di hadapan publik dengan wajah cerah ceria.
Opa Jappy - dari Bandung, Jawa Barat