[caption id="attachment_379266" align="aligncenter" width="540" caption="jappy.8m.com"][/caption]
Risensi, Belanda resentie dan Latin recensio, recensere, revidere yang artinya mengulas kembali. Resensi adalah penilaian terhadap hasil karya, berupa buku, hasil seni, atau pun pertunjukan.
Risensi bukan book report, laporan buku, yang sekedar meringkas atau menulis bagian-bagian tertentu (dan penting) isi buku ataupun terjemahan, seperti yang biasa dilakukan oleh mahasiswa Pasca Sarjana. Bukan juga deskripsi singkat tentang buku, yang biasanya ada pada halaman belakang dan katalog. Resensi, juga bukan hanya sekerdar melakukan “penilaian” positip dan “negative” tentang buku, isi dan pesan di dalamnya, dan tentang penulis serta penerbitnya. Bisa dikatakan, resensi merupakan tinjauan holistik atau menyeluruh tentang satu buku.
Menulis resensi terdiri dari kelebihan, kekurangan dan informasi untuk disampaikan kepada masyarakat. Lalu, hal-hal apa saja yang ada pada risensi!? Berdasarkan pemahaman di atas, maka yang seharusnya ada di/dalam risensi antara lain
1.Info Buku; misalnya judul, penerbit, dan lain-lian
2.Tentang Penulis atau kelompok penulis. Misalnya latar belakang pendidikan, pekerjaan atau profesi, dan politik, agama, dan lain-lain; sebab pada umumnya, latar belakang seseorang seringkali sangat mempengaruhi tulisannya
3. Jika risensi adalah autobiografi dan biografi, maka perlu memasukan “narasi riwayat hidupnya” dan bukan daftar riwayat hidup (seperti pada waktu membuat surar lamaran). Untuk yang ini, bisa juga bagian dari resensi, dan bukan sebagai “pendahuluan risensi”
4.Tinjauan isi; ini adalah bagian terpentin dari risensi. Ada dua model tinjauan isi
- Uraian singkat bab per bab atau pasal demi pasal; bisa langsung memasukan penilaian risentor dalam uraian pada bagian akhir. Model seperti in, agak panjang, namun pembaca akan menerima info “menyeluruh dan penting” tentang isi buku
- Uraian menyeluruh; uraian yang “menggabungkan bab/pasal awal hingga akhir,” dan di dalam kadang ada kutipan utuh dari hal buku. Model ini, praktis dan singkat; penilaian risentor biasanya ada atau termasuk di dalam uraian tersebut; atau merupakan bagian akhir pada risensi.
5.Refleksi dan penilaian risentor; wajib ada pada risesensi; tanpa refleksi dan penilaian, maka bukan risensi. Ini bukan merupakan penghinaan dan penistaan terhadap buku, melainkan kritisi risentor terhadap isi buku; perhatikan, terhadap isi buku, bukan tentang penulis dan/atau latar belakangnya. Refleksi dan penilaian menyangkut
- Kelebihan-kelebihan isi buku; kelebihan yang juga pentingnya buku tersebut, termasuk pada sikon apa dan bidang mana isi atau pesan-pesan yang terkandung dalam buku tersebut digunakan oleh pembaca
- Kekurangan-kekurangan isi buku; hal-hal yang menurut risentor ada pada buku namun tak nampak pada buku atau ditulis oleh penulis
- Rekomendasi risentor; tidak wajib, namun bisa dimasukan sebagai usulan kepada pembaca dari profesi atau latar tertentu
- Pentup; boleh ada atu pun tidak. Bisa risentor menggunakan rekomendasi risentor (5a) sebagai penutup.
CONTOH
Pendidikan Menjadikan Seseorang Semakin Kreatif
Judul : 24 Ways Improve Your Teaching
Penulis : Kenneth O. Gangel.
Penerbit : Victor Books, Publications Inc. 2014,
Tebal : 131 hal + vi (tanpa indeks)
Risentor : Jappy Pellokila
Dr. Kennet O Ganggel menyelesaikan studi di Taylor University, Grace Theological Seminary, dan Concordia Seminary dengan konsentrasi Pendidikan Agama Kristen. Ia mendapat gelar Ph.D dari Universitas Missouri dengan kosentrasi Metode Mengajar. Saat ini, ketika menulis 24 Ways Improve Your Teaching , Dr.Kennet O Ganggel sebagai Profesor dan juga Ketua Program Studi Pendidikan Agama Kristen di Dallas Theological Seminary.
24 Ways Improve Your Teaching merupakan buku berikut dengan tema yang sama dari Dr. Kennet O Ganggel, setelah Unwrap Your Spirtual Gifts dan The Church Education Handbook, yang fokus pada pendidikan umum, pendidikan Kristen, dan kopentesi serta spiritulias guru atau pendidik.
Dengan latar itulah dan latar sebagai seorang guru SD di Amerika hingga menjadi Gurubesar, maka bisa dipahami bahwa 24 Ways Improve Your Teaching, selanjutnya 24 Ways, Kennet O Gangel menulis tentang 24 Metode mengajar; metode yang bisa dilakukan oleh seorang guru ketika melakukan pendekatan pembelajaran di kelas selama prose belajar mengajar atau KBM.
Pada 24 Ways, Kennet O Gangel menguraikan secara lengkap 24 metode mengajar yang bisa dilakukan oleh seorang pendidik di dalam dan luar kelas atau sekolah. Ke 24 metode tersebut antara lain, Learning Through the Lecture, Teaching by Discussion, Questions and Answers Using Buzz Groups in Your Teaching, Debates Stimulate Interest, Discovering the Discovery Method, Instructive Play as Learning, Teaching Through Music.
Bagi Kennet O Gangel, guru atau seorang pendidik ketika melakukan proses pembelajaran terhadap peserta didik, tak boleh hanya terpaku pada satu dua metode KBM, karena akan menghasilkan kebosanan dan kehilangan daya tarik belajar pada diri murid. Oleh sebab itu, guru harus mencoba dan menggunakan berbagai metode KBM, sebagaimana yang diusulkannya dalam 24 Ways.
Oleh sebab itu, pada waktu KBM, sesuai metode yang dipilih, terjadi interaksi atau pun komunikasi antara guru dan peserta didik; komunikasi yang juga merupakan model pendekatan serta interaksi antara guru dan peserta didik serta seluruh isi kelas. Hal-hal tersebut dapat dikategorikan sebagai berikut, hal 10-11
- Teacher to student communication; model KBM yang monolog, guru yang sangat berperan pada KBM. Ia mengajar dengan cara cerita, ceramah, dan juga demonstrasikan. Peserta didik, hanya mendengar, melihat, dan mungkin juga sekedar mencatat.
- Student to Teacher Communication; kategori yang juga merupakan KBM yang monolog; yang terjadi adalah guru mendengar, melihat, dan menilai, sementara peserta didik menyampaikan laporan, melaporkan hasil pengamatan atau pun tugas dari guru.
- Two-way communication between teacher and student: yang terjadi adalah interaksi aktif atau kerterlibatan antara guru - peserta didik, peserta didik - guru, dan sesama peserta didik. Pada saat yang sama, bisa terjadi tanya jawab dan diskusi antara guru dan peserta didik serta sesama mereka.
- Discussion serta group activities: diskusi dan kegiatan kelompok kecil, bisa merupakan proses interaksi dan komunikasi pada waktu proses KBM. Hasil diskusi di kelompok kecil, yang biasanya buzz, bising, merupakan paduan pendapat dan telah disimpulkan sebagai opini bersama.
Dengan demikian, jika mengikuti pemikiran Kennet O Gangel bahwa KBM juga merupakan suatu proses komunikasi antara pedidik dan peserta didik, maka dalam 24 Ways, ketika menguraikan metode-metode mengajar, ada semacam sistimatika baku, yaitu means, values, problem, dan principles. Dalam arti, semua metode mengajar mempunyai makna khas, ada nilai-nilai (lebih) yang terkandung di dalamnya, memiliki problem atau kelemahannya, serta memiliki prinsip yang tak boleh dilupakan pada wakatu KBM.
Misalnya, pada 24 Ways, ada Discovering the Discovery Methode atau Dicovery Teaching bisa bermakna pencarian makna, menemukan yang tersembunyi, pergi untuk menemukan, membuka cover atau selubung, penelusuran arti, atau pun penjelajahan. Menurut Kenneth O. Gangel, Discovery Teaching, sometimes called the "inquiry method," is simply the process of allowing the student to take the leading role in his own learning experiences. The teacher becomes a facilitator and guide, making it possible for the learner to reach mutually-agreed-upon goals. The teacher serves as a resource person to stimulate, motivate, clarify, and explain, (hal 63). Selanjutnya menurut Kennet O Ganggel pada Discovery Teaching terkandung
- Values of Discovery Teaching; memungkinkan peserta didik menunjukan prestasi individu, jika ia melakukan penjelajahan secara pribadi; juga bisa merupakan prestasi kelompok, jika melakukan penjelajahan secara bersama dalam grup kecil. Menjadikan peserta didik tidak bosan, karena termotivasi untuk menemukan jawaban. Jika melakukan penjelajahan dalam bentuk kelompok, maka terjadi adaptasi dan kerja sama serta partisipasi anggota; di samping itu, memungkinkan adanya kebebasan berekspresi serta kreativitas individu.
- Problems in Discovery Teaching; bisa dilakukan pada ruang kelas, perpustakaan, atau pun area terbuka yang tidak teratur; pada area terbuka tersebut, kadang ada peserta didik yang tidak merasa nyaman dan tak bisa beradaptasi. Atau, sebaliknya, ada peserta didik yang merasa lebih bebas, sehingga menggunakan kesempatan (hanya) untuk berjalan-jalan sambil ngobrol, dan lain sebagainya. Membutuhkan waktu untuk melakukan proses pencarian atau menemukan jawaban, dan tak menutup kemungkinan timbul frustrasi.
- Principles for Effective Teaching by Discovery; menyajikan kepada peserta didik soal atau masalah yang mereka harus jawab; dengan itu membuat mereka mencari solusi melalui apa-apa yang tersedia, misalnya buku, paper, film, arsip, bahkan dari tumbuh-tumbuhan di alam terbuka.
Selaian itu, Kennet O Ganggel, mengungkapkan bahwa belajar juga bisa merupakana kegiatan yang bersifat bermain yang menyenangkan. Di bawah judul, Intructive Plays as Learning, yang menujukna bahwa kreativitas dan kebebasan pada diri manusia, pendidikan menjadikan seseorang semakin kreatif dan bebas berkreasi pada hidupnya, (hal 74). Learning by Instructive Play, dapat dilakukan dengan memperhatikan
- Educational Toys; “toys” yang dimaksud, bukan hanya boneka, namun perlengkapan, bahan, alat; bisa berupa tanah liat, bak pasir, buku, boneka, blok kayu, cat, pensil warna, buku gambar, dan lain-lain.
- Music dan lagu; nyanyian dengan bait-bait pendek serta berisi informasi yang mendidik.
- Finger plays:gerakan tangan mengikuti irama musik dan kata-kata pada nyanyian.
- Puzzles and Contests;bersifat teka-teki dan “lomba” siapa cepat, ia menang; juga bisa bersifat simulasi.
Lepas dari means, values, problem, dan principles metode mengajar yang diungkapkan oleh Kennet O Gangel, secara umum 24 Ways memiliki kekuatan sebagai buku petunjuk alias TOT bagi guru maupun dosen dalam rangka memperkaya proses KBM yang ia lakukan. Bahasnya juga mudah dicerna, dan penuh petunjuk-petunjuk praktis agar seorang pendidik mengajar dengan metode yang variatif.
Secara keseluruhan, mungkin kelemahan utama 24 Ways adalah, uraian-uraian pada buku tersebut dalam sikon sosio kultural dan pendidikan di Amerika Serikat. Oleh sebab itu, jika guru dan dosen di Indonesia, mau menggunakannya, maka ia harus melakukan kontekstualisasi dengan sikon dirinya mengajar, misalnya, ruang, lingkungan, materi ajar, dan lebih dari itu adalah pendekatan perkembangan psikologi dan social peserat didiknya.
Selain hal-hal di atas, lepas dari kekurangan atau kelemahan yang tak berarti terseburt, 24 Ways adalah buku yang patut dimiliki dan dibaca oleh para pendidik, guru dan dosen, yang baru dan sudah berpengalaman atau lama mengajar.
Opa Jappy - Jakarta Selatan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H