[caption id="attachment_380201" align="aligncenter" width="347" caption="indonesiahariinidalamkata.com"][/caption]
Gerakan Masyarakat Jakarta (GMJ); di dalamnya ada "Masyarakat Jakarta," itu berarti seharusnya mewakili semua komunitas etnis, suku, sub-suku, agama, dan strata sosial perduduk Jakarta. Namun, ternyata tidak seperti itu. GMJ hanya suatu "kelompok orang-orang dengan satu latar agama serta idiologi;" di luar itu tak ada. Kelompok GMJ memadu kekuatan dengan ormas berlatar etnis Betawi dan FPI, karena didorong oleh kekuatan politik tertentu, membentuk Apa yang disebut Presidium Penyelamat Jakarta.
Presidium Penyelamat Jakarta tersebut dibawah komando jajaran pimpinan yaitu Habib Rizieq Shihab, Munawir Aslih, Luthfi Hakim, Anggotanya KH Kholil Ridwan, KH Syauqi, KH Fahrurozi Ishaq, KH Ahmad Baidlowi, KH Syafi'i Mustawaq, Habib M. Rizieq Shihab, H Ndang, Habib Idrus Bin Hasyim, KH Abdurrochman Rochimin, KH Sulaiman Ro'imin, KH Nursasi, H. Qomaruddin, H. Rhoma Irama, Habib Muhzin, Habib Salim Bin Umar Al-Hamid, Habib Metal Ahmad, Habib Abdurrochman, KH Abdurrosyid A. Syafi'i, KH Maulana Kamal Yusuf, H. Muhammad Toha, KH Muhammad, Hj Nurmiyati, Hj Umroh, Hj Syamsidar Siregar.
Hal-hal di atas bukan hal yang baru; sejak lama KH Fahrurrozy Ishaq dan Rizieq Shihab cs sudah membangun wacana agar Jakarta harus menjadi kota Syariah. Wacana itu telah digaungkan sejak lama, namun tak pernah kesampaiana. Bahkan pada salah satau tulisan di voa-islam menyatakan bahwa
Jakarta menjadi kota anti syariah? Kemungkinan Jakarta akan menjauhi rahmat Alloh swt semakin mendekat. “Ummat Islam tidak perlu taat pada kitab suci, tetapi taat pada konstitusi !” demikian pesan syetan itu kepada masyarakat pengagumnya. Maka resmilah Jakarta menjadi “Kota Tanpa Syariat”. Ditunjukkanlah kekotoran korupsi pejabatnya, dilaranglah syiar pawai kebesaran agama Islam, dipertontonkan kehebatan syetan itu ke seluruh media massa dengan liputan tiap hari tanpa henti. Lalu.. waktu berjalan dan setahun lagi, kemungkinan besar Jakarta akan dipimpin syetan!
Sayangnya, gerakan politik dan pilihan warga DKI Jakarta telah menghalangi tujuan tersebut. Akibatnya, mereka atau kaum pengusuung Jakarta sebagai Kota Syariah menjadi kebakaran jenggot dan jidat. Selanjutya, ditambah dengan kekuatan politik tertentu, mereka melakukan gerakan penolakan terhadap Basuki Tj Purnama.
Semuanya jadi jelas. Presidium Penyelamat Jakarta, bukan sekedar aksi kocak para komedian, namun barisan orang-orang ingin menjadikan Jakarta sesuai dengan tujuan mereka. Mereka ingin Jakarta, mungkin, seperti salah satu Ibukota di negara-neraga Timur Tengah.
Oleh sebab itu, sebagai WNI dan bagian dari warga DKI Jakart, diriku lebih suka bergabung dengan suara dan opini menyelamatkan Jakarta dari "nafsu dan sahwat menjadikan Jakarta sebagai kota bukan di Indonesia."
Presidium tersebut, akan bekerja dengan sekuat tenaga dalam rangka "menyelamatkan Jakarta" dari unsur-unsur yang "seharusnya tak ada dan belum ada di Jakarta." Oleh sebab itu, Presidium akan melakukan beberapa langkah strategis; antara lain