The Australian
Dunia tersontak, media massa menggaungkan nada-nada kesedihan. Empati dan simpati mengalir ke arah sana. Semua terjadi dalam sekejab, dan tersisa adalah genangan darah dari tubuh-tubu tak bernyawa. Serangan terhadap Charlie Hebdo di Paris telah memicu "amarah publik" dunia; suara dan nad adari berbagai kalangan menyesalkan tindakan tak beradab tersebut.
Siap si penyerang itu!? Hingga kini, tak terjawab dengan pasti. Namun, yang muncul adalah suara pembelaan bahwa mereka, para pembunuh tersebut, bukan (datang dari kalangan) Islam. Great, lalu siapa!?
Sejenak, ikuti beberapa pendapat dan sekaligus tudingan tentan "Siapa Si Penyerang" tersebut.
Duta Besar Mesir untuk Indonesi, Bahaa Dessouki
Penyerang kantor majalah Charlie Hebdo di Paris, Perancis, bukan umat Muslim. Ia menepis anggapan sebagian pihak yang mengaitkan serangan itu dengan penerbitan karikatur Nabi Muhammad oleh Charlie Hebdo.
Penyerang aksi tersebut pastilah bukan Muslim, karena Islam itu jauh dari aksi terorisme dan penuh dengan aksi perdamaian, toleransi, pengampunan. Pasti mereka mengira ini perbuatan balas dendam dari Muslim karena membuat sindiran kartun Nabi Muhammad.
Andai saja Nabi Muhammad hidup, dan dia lihat karikatur itu, apa yang akan terjadi? Apakah dia akan membunuh mereka? Tidak akan pernah. Nabi Muhammad akan mengasihi mereka, dan akan mengajak mereka bicara karena dia merupakan orang yang cinta damai.
Jadi saya sangat yakin pelakunya bukanlah Muslim. Aksi teror ini dilakukan kelompok tertentu yang bertujuan menyudutkan Islam. Sebagai negara Muslim, Mesir mengecam aksi serangan tersebut. [kompas.com]
Sekretaris pers Gedung Putih Josh Earnest,
Serangan ke kantor redaksi Charlie Hebdo sebagai tindakan 'radikal Islam' sangat tidak tepat. Itu tindakan individu dengan mengatas-namakan agama Islam dari perspektif sendiri. Kita harus menyebutnya sebagai aksi teror, dan itu yang selalu kita kutuk. [antara/detik/tempo/kompas.com]