Di sebuah desa terpencil yang jauh dari keramaian kota, ada sebuah rumah tua yang dikenal oleh penduduk setempat sebagai Rumah di Ujung Jalan. Rumah itu berdiri sendiri di tengah-tengah hutan yang lebat, ditinggalkan dan terabaikan selama bertahun-tahun. Tidak ada yang berani mendekatinya, terutama setelah matahari terbenam. Ada banyak cerita menyeramkan tentang rumah itu, tapi tidak ada yang tahu pasti apa yang sebenarnya terjadi di sana.
Suatu malam yang gelap, sekelompok pemuda yang terdiri dari empat orang - Budi, Sari, Dedi, dan Nina - memutuskan untuk menguji keberanian mereka dengan mengunjungi rumah tersebut. Mereka telah mendengar banyak kisah menakutkan tentang rumah itu, namun mereka ingin membuktikan bahwa semua itu hanyalah mitos. Dengan membawa senter dan kamera untuk mendokumentasikan pengalaman mereka, mereka berangkat menuju rumah tersebut.
Sesampainya di sana, suasana segera berubah menjadi mencekam. Pohon-pohon yang menjulang tinggi tampak seperti sosok-sosok menyeramkan di bawah sinar bulan yang redup. Angin malam berhembus lembut, membawa bisikan-bisikan aneh dari arah rumah. Pintu depan rumah itu setengah terbuka, berderit setiap kali angin bertiup kencang. Mereka saling bertukar pandang, mencoba menyembunyikan rasa takut yang perlahan-lahan mulai merayap.
Dengan hati-hati, mereka memasuki rumah itu. Interiornya gelap dan berdebu, dengan perabotan tua yang berserakan di sana-sini. Langit-langitnya tinggi dan penuh dengan sarang laba-laba. Setiap langkah mereka menghasilkan bunyi gemerisik yang mengerikan. Di sudut ruangan, ada sebuah cermin besar yang terlihat tidak pada tempatnya. Pantulan di cermin itu tampak sedikit berbeda dari kenyataan, seolah-olah ada sesuatu yang bersembunyi di balik bayangan.
Nina, yang paling pemberani di antara mereka, memutuskan untuk memeriksa lantai atas. Tangga kayu yang curam mengeluarkan suara berderit keras setiap kali diinjak. Sesampainya di lantai atas, ia menemukan sebuah ruangan yang tampak seperti kamar tidur. Tempat tidurnya masih tertata rapi, namun ada sesuatu yang aneh - seolah-olah kamar itu baru saja ditinggalkan. Tiba-tiba, udara menjadi sangat dingin dan Nina merasakan kehadiran sesuatu yang tidak terlihat. Ia berbalik dan melihat sosok bayangan hitam berdiri di ambang pintu. Bayangan itu bergerak mendekat, dan Nina berteriak kencang.
Di lantai bawah, Budi, Sari, dan Dedi mendengar teriakan Nina dan segera berlari naik. Mereka menemukan Nina tergeletak di lantai, pingsan. Ketika mereka mencoba membangunkannya, mereka mendengar suara langkah kaki berat dari lorong. Langkah-langkah itu mendekat, semakin cepat dan keras. Mereka menyadari bahwa mereka tidak sendirian di rumah itu. Dalam kepanikan, mereka memutuskan untuk membawa Nina keluar dari rumah secepat mungkin.
Namun, pintu depan yang tadinya setengah terbuka kini tertutup rapat. Mereka mencoba membukanya, tapi sepertinya terkunci dari luar. Desakan ketakutan mulai merasuk, dan suara-suara aneh mulai terdengar dari segala arah - tawa menyeramkan, bisikan-bisikan jahat, dan suara-suara langkah kaki yang datang mendekat dari berbagai sudut rumah.
Tiba-tiba, lampu senter mereka mati, meninggalkan mereka dalam kegelapan total. Dalam kegelapan, mereka merasakan hawa dingin yang menusuk tulang, dan bayangan-bayangan hitam mulai bergerak di sekitar mereka. Sari merasakan sesuatu menyentuh bahunya dan berteriak ketakutan. Budi, dengan tangan gemetar, mencoba menyalakan kembali lampu senternya, dan ketika cahaya kembali, mereka melihat sosok seorang wanita tua dengan wajah pucat berdiri di depan mereka. Matanya kosong, dan senyum menyeramkan terpampang di wajahnya.
Wanita itu mulai bergerak mendekat, dan mereka semua merasa lumpuh oleh rasa takut. Budi, dengan sisa keberanian yang ada, menarik Sari dan Dedi untuk berlari kembali ke arah tangga. Namun, saat mereka berbalik, sosok-sosok bayangan hitam itu telah mengepung mereka dari segala arah. Wanita tua itu kini berada tepat di depan mereka, dan dengan suara yang dingin, ia berbisik, "Kalian tidak akan pernah keluar dari sini."
Dengan jeritan ketakutan, mereka berlari ke arah jendela dan mencoba memecahkannya. Kaca jendela itu terasa keras seperti besi, tidak bisa dipecahkan. Bayangan-bayangan itu semakin mendekat, dan mereka merasakan sentuhan dingin dari tangan-tangan tak terlihat yang menarik mereka ke kegelapan.
Ketika pagi tiba, rumah itu kembali sunyi. Penduduk desa yang penasaran datang untuk mencari tahu apa yang terjadi pada keempat pemuda itu. Mereka menemukan rumah itu kosong, tanpa jejak Budi, Sari, Dedi, dan Nina. Hanya ada kamera yang tertinggal, merekam kegelapan dan suara-suara menakutkan yang menjadi saksi bisu dari apa yang terjadi malam itu.