~~~
Aku terperangah memandang matanya. Ah, jangan lagi... desahku dalam hati.
Namun tampaknya bersikap marah-marah, seakan sudah menjadi trade-mark buat mas Hendri.
"Makanan apa ini, Hen?" tanyanya dengan nada kesal.
"Rasanya sungguh aneh," tandasnya.
"Itu lele mangut," jawabku singkat.
Aku tertunduk sedih. Aku sudah memasak hidangan tersebut seharian penuh.Â
Bahkan waktu belajarku berkurang karena harus memenuhi permintaannya itu.
Sebentar lagi, perang pecah. Seperti biasa.Â
Ah, layaknya hari tak berjalan normal tanpa kemurkaannya.
Terdengar suara kursi berderit, tanda ia bangkit dari kursinya, dan hendak beranjak dari meja makan.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!